Kamis, 16 Februari 2012
Yakobus 2:1-9
Mazmur 34:2-3.4-5.6-7
Markus 8:27-33
ADA bocah cilik menyeberang jalan yang ramai, tiba-tiba sebuah mobil box menghantam tubuhnya sehingga ia jatuh tak berdaya. Ada penyeberang lain melihat namun hanya melewatinya. Bocah itu dilewati lagi oleh seorang pengendara motor, mobil dan terekam oleh kamera cctv hingga 18 orang melaluinya tanpa ada satupun yang menolong. Darahnya semakin mengalir dan ketika itu datang orang ke 19 yang menolong bocah itu, dan ternyata si penolong hanyalah seorang gelandangan. Akhirnya bocah itu berada di rumah sakit dan harus bernapas dengan alat bantu walaupun nadi dan tekanan darahnya sudah stabil. Orang tuanya terus menangis tiada henti. Berita internasional ini masuk halaman depan surat kabar di beberapa Negara.
Apa yang akan terjadi jika gelandangan itu tidak ada? Haruskah menunggu hingga orang ke 20? 21? Atau 22?Mungkin dari sekian banyak yang lewat mereka memiliki penampilan yang baik, memiliki kendaraan ataupun uang banyak. Namun terkadang kita sering salah menilai, kita sering menghakimi sesama kita. Orang yang terlihat rapi, necis dan tampak memiliki kuasa harus didahulukan dan dilayani lebih baik, namun orang miskin, buruk rupa dan kotor lebih baik disingkirkan. [EMK]
“Bukankah kamu telah membuat perbedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?” (Yakobus 2:4)
Maukah kita berhenti menjadi hakim dengan pikiran yang jahat?