
Bacaan I : Am. 8:4-7; Bacaan II : 1Tim. 2:1-8;
Bacaan Injil : Luk. 16:1-13.
SETIA PADA PERKARA KECIL
Masyarakat kita semakin terpelajar dan terdidik. Ironisnya, kejahatan yang melibatkan orang-orang yang terpelajar juga semakin meningkat. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, para penegak hukum dan pejabat negara yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengawal negara dan mengayomi rakyat malah terjerat oleh kasus-kasus yang akar masalahnya adalah uang.
Kisah mengenai para pejabat negara yang melakukan ketidakadilan kepada rakyatnya bukan tidak hanya terjadi di masa sekarang saja. Kitab Amos dengan lugas mengurai dan mengecam perilaku ketidakadilan yang dipraktikkan para pejabat pada zamannya. Mereka memalsukan timbangan, menjual bahan makanan kualitas rendah kepada rakyat kecil. Praktik ketidakadilan dan ketidakjujuran sudah terpola dan membudaya. Melalu Amos Allah menyerukan bahwa Dia tidak akan menutup mata dan melupakan begitu saja perbuatan orang-orang itu (Am 8:7).
Kejahatan besar tidaklah terjadi begitu saja, melainkan dimulai dari melakukan kecurangan-kecurangan kecil yang kemudian berkembang menjadi semakin besar. Ini diungkapkan Yesus sendiri di dalam bacaan Injil hari ini (Luk 16:10). Yesus yang saat itu mengajarkan perumpamaan kepada para murid mengenai seorang bendahara yang akan mengalami pemecatan karena ketahuan karena berbuat tidak jujur. Mengetahui akan keterbatasan akan kemampuannya jika dia tidak bekerja lagi, bendahara ini kemudian menggunakan wewenangnya untuk bertindak mengamankan masa depannya (Luk 16:4-7).
Pesan pertama dari bacaan Injil hari ini adalah "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan." Yesus membuat pilihan ini sangat jelas: kita tidak bisa melayani Allah dan kekayaan (Mamon) pada saat yang sama. Mengabdi pada mamon berarti menjadikan kekayaan sebagai tuan: kita bekerja keras untuknya, mencemaskannya, dan menjadikannya sumber keamanan. Sebaliknya, mengabdi pada Allah berarti mengakui bahwa Dia adalah satu-satunya sumber keamanan dan penyedia kita, dan bahwa kekayaan adalah alat yang Ia percayakan kepada kita untuk dikelola dengan baik. Pesan yang kedua adalah siapa saja setia pada perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Demikian pula kejujuran juga harus dilakukan mulai dari hal-hal kecil.
Situasi zaman Amos dan perumpamaan Yesus masih terjadi dalam kehidupan kita. Banyak orang lebih setia kepada mamon, harta benda duniawi, daripada mengabdi kepada Allah. Mari kita mematut diri alias bercermin: Apakah kita juga terlibat dalam ketidakadilan sosial yang terjadi di dalam masyarakat kita? Ataukah seperti Amos bersuara dan berjuang melawan ketidakadilan yang ada? Kita juga perlu mendoakan para penyelenggara pemerintahan agar mereka menjalankan tugas-tugas mereka dengan penuh tanggung jawab kepada Allah, setia dan jujur. [CMS]




