
Bacaan I : Sir. 3:17-18,20,28-29; Bacaan II : Ibr. 12:18-19,22-24a;
Bacaan Injil : Luk. 14:1,7-14.
BELAJAR RENDAH HATI SEPERTI KRISTUS
“Jika anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan”. Kata-kata Abraham Lincoln itu menarik untuk direnungkan dan dikaitkan dengan bacaan pertama hari ini. Kitab Sirakh menyebutkan “Semakin tinggi kedudukanmu, semakin engkau harus merendahkan dirimu, maka engkau mendapat kasih di mata Tuhan (Sir 3:18). Bagi Tuhan kerendahan hati merupakan kunci kebesaran sejati. Orang yang rendah hati tidak pernah malu mengakui keterbatasannya. Oleh karena itu dia dicintai dan disenangi Tuhan dan sesamanya.
Pada bacaan kedua, penulis kitab Ibrani mengingatkan kisah dalam Perjanjian Lama ketika Allah memberikan hukum tertulis kepada Musa di Gunung Sinai, Dia melakukannya melalui tanda-tanda seperti api, kegelapan dan badai (Ibr 12:18). Tanda-tanda itu sungguh mengerikan di mana Allah menjadi sosok yang tidak dapat disentuh oleh manusia karena keberdosaannya. Dalam Perjanjian Baru, Yesus, Anak Allah datang dengan kerendahan hati dan menghilangkan sekat-sekat penghalang antara manusia dengan Allah. Penulis juga membandingkan darah Yesus dengan darah Habel di mana darah Yesus ditumpahkan atas kehendak-Nya sendiri dan menyelamatkan manusia dari hukuman atas dosa-dosanya.
Menjadi orang terhormat adalah dambaan setiap orang, mengapa? Seringkali dapatkan hak istimewa dari orang lain, selalu diutamakan, mampu mempengaruhi banyak orang dalam kehidupan keseharian. Injil Lukas mengisahkan Yesus diundang oleh pemimpin orang Farisi. Di sana Dia mengamat-amati perilaku setiap orang yang hadir. Mereka memilih duduk di tempat-tempat terhormat. Situasi itu digunakan oleh Yesus untuk menyampaikan ajaran-Nya yaitu supaya mereka mempunyai sikap rendah hati dengan tidak memilih untuk menempati tempat-tempat terhormat karena belum tentu tempat itu disediakan untuk mereka. Adalah lebih baik jika mereka menempati tempat yang paling rendah karena jika memang tuan rumah menyediakan tempat terhormat maka tentu akan mereka akan dipersilakan pindah ke tempat yang seharusnya.
Kita belajar dari Yesus sendiri yang tidak menganggap ke-Allahan-Nya sebagai milik yang harus dipertahankan. Dia mengosongkan diri, mengambil rupa sebagai seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia serta berkurban demi keselamatan manusia. Kita diajak untuk menjadi lemah lembut dan rendah hati seperti Kristus, karena Kerajaan Surga bukan milik orang sombong, melainkan orang yang rendah hati. Sikap sombong alias suka meninggikan diri adalah sikap yang dibenci Tuhan, seperti yang dikatanya oleh Yesus “Sebab, siapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 14:11). Bagaimana dengan kita? [BW]




