
Bacaan I : Yes. 66:18-21; Bacaan II : Ibr. 12:5-7,11-13;
Bacaan Injil : Luk. 13:22-30.
MELEWATI PINTU YANG SEMPIT
Perjalanan hidup bangsa Israel mengalami pasang surut. Mereka mengalami kejayaan di bawah pimpinan Daud dan Salomo. Setelah itu keterpurukan membayangi mereka tanpa putus dan berpuncak pada pembuangan ke Babel. Mereka harus meninggalkan tanah terjanji akibat dosa-dosa mereka. Namun sebuah bencana ibarat dua sisi mata uang, ada sisi baik dan sisi buruk. Sisi baiknya pembuangan dapat dipandang sebagai pemurnian. Israel mengalami kesusahan namun sesudahnya akan datang pemulihan dan akan melihat kemuliaan Allah (Yes 66:18). Bukan hanya itu, mereka akan diutus kepada bangsa-bangsa untuk memberitakan kemuliaan-Nya (ay. 19.) dan akan membawa kembali saudara-saudara hamba-Nya sebangsa sebagai hadiah untuk Tuhan. Itulah yang dinubuatkan nabi Yesaya dalam bacaan pertama.
Dalam bacaan kedua, penulis surat kepada orang Ibrani mengingatkan bahwa Tuhan mendidik orang-orang yang dikasihi-Nya seperti seorang ayah yang mendidik anaknya. Didikan itu menyakitkan bahkan mendatangkan dukacita namun menghasilkan buah kebenaran yang pada akhirnya akan memberikan kedamaian (Ibr 12: 11). Karena itu penulis kitab Ibrani menasihati jemaatnya untuk bersabar dalam menerima didikan Tuhan.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan perjalanan Yesus melintasi kota dan desa sambil mengajarkan tentang Kerajaan Allah. Sebuah pertanyaan muncul apakah hanya segelintir orang yang akan diselamatkan. Pertanyaan ini mencerminkan kekhawatiran umum tentang keselamatan. Yesus menjawab dengan menekankan perlunya “berusaha” untuk masuk melalui pintu yang sempit. Banyak yang akan berusaha untuk masuk tetapi tidak bisa. Yesus menggunakan gambaran seorang tuan yang menutup pintu sementara ada orang-orang di luar yang meminta masuk karena mengklaim telah makan dan minum di hadapan-Nya. Jawaban sang tuan menunjukkan bahwa keterlibatan dan hubungan yang nyata dengan Tuhan sangat penting.
Ketika menjawab pertanyaan tentang keselamatan, Yesus tidak hanya memberikan jawaban; Dia mengundang kita untuk merenungkan perjalanan spiritual kita. Referensi kepada pintu yang sempit menunjukkan bahwa mengikuti Yesus memerlukan pengorbanan dan perjuangan. Sementara dunia menawarkan kemudahan dan kenyamanan, sebuah pintu yang lebar dan mudah untuk dilalui. Pesan yang lain dari pintu sempit adalah terkadang Tuhan tidak menghilangkan tantangan di dalam hidup kita, agar kita belajar tentang kesetiaan, ketekunan dan daya juang. Terkadang Tuhan tidak melenyapkan penderitaan kita, agar kita bisa belajar tentang kekuatan dan keteguhan hati kita. Di balik semua itu Dia menghendaki agar kita semua dapat mengalami kebahagiaan yang sejati. Mari berjuang melewati pintu yang sempit itu. Tuhan memberkati kita semua! [BW]




