
Bacaan I : Hab. 1:2-3; 2:2-4 ; Bacaan II : 2Tim. 1:6-8,13-14;
Bacaan Injil : Luk. 17:5-10.
IMAN YANG TUMBUH MENGHASILKAN HATI YANG TAK BERPAMRIH
Di dalam kehidupan manusia yang penuh dinamika, di mana ketidakadilan sering menjadi pemenang, orang kemudian mempertanyakan eksistensi Tuhan. Ini terjadi juga di zaman Nabi Habakuk yang mempertanyakan tentang keadilan Tuhan. Mengapa? Karena melihat umatnya jahat, keadilan muncul terbalik, hukum kehilangan kekuatannya, maka ia mengeluh kepada Tuhan. Tetapi jawaban Tuhan sungguh di luar dugaan dari apa yang dia bayangkan yaitu orang benar akan hidup oleh percayanya (Hab 2:4).
Para pemimpin jemaat perdana juga mengalami kegoncangan yang sama dalam menggembalakan umat. Salah satunya adalah Timotius seorang murid Paulus. Untuk itu Paulus menulis surat kepadanya demi meneguhkan pelayanan Timotius. Dia mengatakan bahwa Allah memberikan kepada mereka roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan penguasaan diri (1Tim 1:7). Karena itu Paulus meminta Timotius untuk berpedoman pada ajaran-ajaran yang telah dia dengar dari Paulus dalam iman dan kasih di dalam Kristus Yesus dan memeliharanya melalui Roh Kudus (1Tim 1:13-14).
Dalam bacaan dari Injil Lukas, Yesus mengatakan dua hal: pertama Yesus melukiskan betapa hebatnya orang yang punya iman meski hanya sekecil biji sesawi. Ia dapat memindahkan pohon ara ke laut. Yang kedua Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang juga tidak menjawab doa dari rasul-Nya, yaitu mengenai tuan dan hamba. Dikisahkan bagaimana sikap seorang tuan yang memperlakukan seorang hamba dan sebaliknya. Saat hamba tersebut selesai melakukan pekerjaannya di ladang maka dia masih harus melayani tuannya sampai tuntas sesuai permintaan. Setelah itu baru hamba tersebut boleh menikmati santap malamnya. Si tuan juga tidak berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada hamba karena memang itu adalah tugas seorang hamba. Yesus menutup perumpamaannya dengan sebuah nasihat bagaimana bersikap sebagai seorang hamba (Luk 17:10). Perumpamaan Yesus merupakan respon dari permintaan para murid untuk menambahkan iman mereka. Keimanan bukan masalah kuantitas melainkan kualitas. Iman yang berkualitas harus nampak dalam tindakan nyata yaitu kesetiaan dalam melayani.
Dari kisah Habakuk kita belajar bahwa percaya kepada Tuhan adalah sikap hidup orang benar. Sementara Paulus mengajarkan bagaimana menjadi gembala yang baik. Bacaan Injil menyempurnakan kedua hal ini bahwa iman yang tumbuh menghasilkan hati yang tak berpamrih. Pelayanan yang kita lakukan bukan untuk mendapatkan kasih-Nya melainkan karena kita telah menerima kasih-Nya yang tanpa batas itu. Seluruh hidup kita adalah milik-Nya, menjadi pelayan-Nya adalah suatu kehormatan besar. Selamat hari Minggu. Tuhan Yesus memberkati. [RW]




