KOMUNITAS DEI VERBUM (KDV)
Kegiatan membaca Kitab Suci setiap hari sudah lama dirintis oleh berbagai kelompok kecil maupun kelompok besar. Beberapa kegiatan seperti ini dirintis oleh teman-teman yang tadinya bergabung dengan EJ ataupun dari KEP yang ingin lanjut untuk membaca Kitab Suci sampai selesai. Komunitas Dei Verbum, awalnya juga hanya kelompok kecil yang berniat untuk membaca Kitab Suci dari kitab Kejadian hingga Wahyu. Awal terbentuknya KDV dari Seksi Kerasulan Kitab Suci atau KKS paroki Cilandak yang mengajak Romo Yustinus Rumanto, SJ untuk membantu umat katolik agark bisa membaca Kitab Suci. Saat diskusi Romo Yustinus Rumanto, SJ yang akrab dipanggil Romo Rum mengusulkan untuk membentuk kelompok baca Kitab Suci lewat grup wa. Rencananya cuma mau cari 30 – 50 orang saja menurut Romo Rum cukup, yang penting bisa membuat umat lebih bergairah untuk membaca Kitab Suci. Mereka lalu menyebar info ke umat di Cilandak, Blok B dan juga Duren Sawit. Ternyata setelah terkumpul jumlah umat yang tertarik sekitar 260 orang, dan ternyata cukup membingungkan untuk mengatur 200an orang dalam 1 grup. Awal terbentuknya grup wa KDV pada bulan Oktober 2016, saat itu Romo Rum bertugas sebagai pastor pendamping di gereja Blok B.
Pilihan nama Dei Verbum berarti Sabda Tuhan, yang merupakan salah satu konstitusi dogmatis dalam Dokumen Konsili Vatikan II. Dei Verbum menjelaskan tentang pewahyuan Allah dan Kitab Suci. Seiring dengan waktu, anggota yang tertarik mengikuti KDV pun bertambah hingga berkembang menjadi 10 grup dengan jumlah anggota antara 20 – 60 orang. Pertanyaan yang masuk semakin banyak dan kadang pertanyaan yang sama muncul karena terbentuk kelompok baru yang mulai baca dari Kitab Kejadian. Sempat tim admin dan Romo Rum berniat menutup grup KDV karena sudah tidak bisa terpegang lagi. Namun tangan Tuhan tetap bekerja untuk membuat KDV menjadi kelompok yang lebih besar lagi. Pada masa-masa sulit itu, ada anggota yang bersedia mengumpulkan daftar pertanyaan dan dibuat dalam bentuk file excel. Ide pun semakin berkembang hingga akhirnya bisa membuat aplikasi iGreja yang dapat didownload secara gratis dan dapat diakses siapapun.
Romo Yustinus Rumanto, SJ
Sebelum pandemic, KDV sudah mengadakan beberapa kegiatan seperti Latihan doa, retret dan program Kisah Kasih Allah. Di KDV sendiri ada pengumpulan dana dan Dana yang terkumpul dipakai untuk memberi bantuan atau sumbangan bagi gereja atau komunitas katolik lainnya. Selama ini dari dana yang terkumpul sudah dipakai untuk membantu korban gempa bumi di Palu dan NTT, serta proyek membuat sumur di Sumba dan juga memberi beasiswa untuk anak-anak. Informasi yang disampaikan oleh Romo Rum yang kini bertugas menjadi pengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pengajuan untuk bantuan dana ini boleh diajukan oleh siapapun namun harus lewat Lembaga katolik seperti paroki, panti asuhan, panti jompo, atau lewat sekolah. Syaratnya adalah harus lewat Lembaga, karena tim dari KDV tidak melakukan survey untuk pemberian bantuan.
Setelah pandemic bisa dikatakan tidak ada lagi kegiatan yang bersifat temu langsung dan semuanya menjadi pertemuan online lewat link yang dibagikan di grup ataupun lewat info yang ada di iGreja. Anggota dari KDV sendiri jumlahnya sekarang menjadi ribuan dan tersebar dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai luar negeri seperti Australia, Amerika hingga Islandia, yang pastinya mereka mengerti Bahasa Indonesia karena aplikasi iGreja hanya menggunakan Bahasa Indonesia. Selain kegiatan yang sudah diinfokan pada artikel “Pendalaman Iman di Masa Pandemic” juga ada kegiatan Komsel / cell group dengan nama Berjalan Bersama Tuhan (BBT) dan Wonderace. BBT adalah komsel Persahabatan dalam Tuhan melalui pendalaman KS dari Kejadian hingga Wahyu, plus 5 tema (Paham Allah, Sejarah Doktrin Gereja, Ekaristi, Maria, Konsili Vatikan II). Caranya: menjawab pertanyaan yang ada dalam buku panduan dan sharing pengalaman iman atau kehidupan di komsel. Sementara Wonderace adalah Kelompok Dukungan Sebaya untuk belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang universal dan abadi. Nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi semakin konkret dan nyata lewat contoh kisah-kisah yang ditampilkan. Kisah-kisah hidup tersebut adalah kisah yang penuh kearifan dan membangkitkan inspirasi. Anda akan belajar dari orang-orang yang menjalani kehidupan dengan penuh makna, syukur, kegembiraan, penderitaan, dan tantangan. Anggota komsel bisa mendaftar secara perorangan ataupun kelompok. Komsel ini terdiri dari 5 – 10 orang, di mana merupakan kelompok persahabatan dalam waktu yang tidak terbatas. Bisa dikatakan mirip dengan Emmaus Journey tapi tidak memiliki batas waktu. Kelompok ini akan dipandu tim dari KDV dengan memberikan bahan dan fasilitator, sekitar 3 bulan. Setelah bisa berjalan sendiri, kelompok bisa mengadakan pertemuan mengikuti bahan yang disiapkan oleh KDV.
Perlu dicermati bahwa Komunitas Dei Verbum hanya bertujuan untuk membantu umat katolik lebih aktif membaca dan dapat memahami Kitab Suci serta membantu gereja. Romo Rum menegaskan bahwa KDV tidak membentuk komunitas baru di dalam paroki maupun di dalam keuskupan, sehingga anggota selalu terbuka untuk datang dan pergi. Romo Rum bahkan pernah mendapat tanggapan dari Kardinal Ignatius Suharyo mengenai komunitas ini. Menurut Kardinal komunitas ini membantu umat untuk membaca Kitab Suci dengan mudah. Dengan adanya aplikasi iGreja sangat mempermudah untuk membaca Kitab Suci setiap hari. KDV juga didukung oleh banyak imam dari KAJ maupun keuskupan lainnya baik di dalam maupun di luar negeri. Ada beberapa pastor, frater dan juga suster juga ikut menjadi anggota KDV.
Eleonora Francisca (EF)