
Bacaan I : Am 6:1a,4-7; Bacaan II : 1Tim. 6:11-16;
Bacaan Injil : Luk. 16:19-31.
KEMEWAHAN YANG MEMBUTAKAN
Keinginan Allah terbungkus dengan sempurna dalam penggambaran dua tokoh utama dalam bacaan Injil hari ini. Tokoh pertama adalah si kaya yang hidup dalam kemewahan setiap hari. Tokoh kedua adalah Lazarus, seorang pengemis yang sakit, duduk di depan pintu rumah orang kaya itu, berharap mendapatkan sisa makanan, tetapi ia diabaikan.
Ketika keduanya tutup usia, keadaan berbalik. Lazarus berada dalam pangkuan Abraham, sebuah lambang akan keadaan bahagia. Sedangkan si kaya menderita dalam api penyiksaan. Di sinilah gambaran jurang yang besar dan tak terseberangi menjadi nyata. Keadaan ini bukan diciptakan oleh Tuhan, tetapi merupakan konsekuensi alami dari pilihan hidup dan sikap hati di dunia. Si kaya tidak jahat secara eksplisit. Ia tidak mengusir Lazarus, tidak menghina, bahkan mungkin tidak menyadari keberadaannya. Tapi justru itulah masalahnya: ia hidup dalam gelembung kenyamanan, tidak pernah membuka mata hatinya untuk melihat penderitaan di sekitarnya.
Menariknya, di alam maut si kaya yang sedang menderita masih mencoba memberi perintah kepada Lazarus melalui Abraham untuk meringankan penderitaannya (Luk 16:24) dan memberi peringatan kepada saudara-saudaranya agar mereka kelak tidak mengalami apa yang dia alami ini (ay.27-28). Namun kedua keinginannya ditolak oleh Abraham.
Dalam bacaan pertama, Nabi Amos menyampaikan kecaman kepada mereka yang “hidup aman di Sion” dan “merasa tenteram di gunung Samaria.” Mereka berbaring di ranjang gading, bersantai, berpesta, bernyanyi, dan minum anggur dari cawan besar—namun tidak peduli terhadap kehancuran bangsa mereka. Akibatnya, mereka akan menjadi yang pertama dibuang ke pembuangan (Am 6:1-7). Peringatan kenabian inilah yang diabaikan oleh orang-orang Yahudi. Mereka tidak belajar dari kisah leluhur mereka.
Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, kisah Lazarus dan orang kaya adalah gambaran yang sangat nyata. Ada banyak orang yang hidup dalam kelimpahan namun tanpa rasa peduli terhadap orang-orang di sekitar mereka yang kekurangan. Pesan iman pada bacaan-bacaan hari ini merupakan rentetan kehendak Allah bahwa sesungguhnya Allah tidak murka atas materi atau harta yang kita dapatkan, namun Allah murka pada disposisi hati atas materi atau harta atau kekayaan itu. Kita diminta untuk mengejar kebenaran, kesalehan, iman, kasih, kesabaran, dan kelemahlembutan. Ia juga meminta kita untuk berjuang dalam pertandingan iman yang baik dan meraih hidup yang kekal (1Tim 6:11-12).
Mari kita meninjau ulang sikap hati dan perilaku kita, apakah kita sedang terperangkap dalam kemewahan hidup yang membutakan? [CMS]




