
Bacaan I : Bil. 21:4-9; Bacaan II : Flp. 2:6-11;
Bacaan Injil : Yoh. 3:13-17.
MEMANDANG SALIB KRISTUS
Hari ini Gereja merayakan Pesta Pemuliaan Salib. Dalam pandangan umum manusia salib merupakan sebuah kekalahan, karena ada sosok yang tergantung lemah tak berdaya di sana meregang nyawa dalam keadaan yang memalukan sekaligus memilukan. Namun bagi Gereja, salib adalah tanda kemenangan, di mana Allah sendiri turun dari surga membayar lunas dosa-dosa manusia dengan wafat di kayu salib. Sebuah peristiwa yang sangat sulit diterima oleh pikiran manusia.
Dalam kisah bangsa Israel saat berjalan menuju tanah terjanji, mereka diserang oleh ular-ular tedung yang banyak merengut kurban jiwa. Mereka segera sadar akan keberdosaan mereka yang kerap mengeluh dan datang kepada Musa untuk minta pertolongan (Bil 21:7). TUHAN menyuruh Musa untuk membuat patung ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Siapa saja yang digigit ular tersebut dan kemudian memandang ular tembaga itu maka dia tetap hidup. Pesan dari kisah pada bacaan pertama ini adalah apapun permasalahan yang dihadapi, tetaplah memandang Allah agar kita tetap hidup dan diselamatkan.
Dalam percakapannya dengan Nikodemus, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia (Yoh 3:13), tokoh ilahi yang nampak dalam pengelihatan Daniel. Dia juga mengungkapkan tujuan-Nya datang dari surga bahwa Anak Manusia harus ditinggikan agar siapa yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yoh 3:15). Peninggian Yesus menunjuk kepada “ular tembaga” seperti yang dibuat oleh Musa dalam bacaan pertama.
Pesta Salib Suci merupakan peringatan hari kemenangan Salib Kristus. Hari ini adalah hari pada saat mana kita mengenangkan kembali apa yang telah dilakukan serta dialami oleh Yesus di Kalvari. Sebuah peristiwa yang sangat sulit diterima oleh pikiran manusia. Namun sebenarnya Yesus telah memberitahukannya bahwa semua itu karena kasih Allah yang begitu besar kepada dunia ini (Yoh 3:16). Lebih lanjut Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi menegaskan jati diri Yesus yang meninggalkan kesetaraan-Nya dengan Allah, menjadi hamba yang taat sampai wafat-Nya di kayu salib (Flp. 2:6-11).
Dengan demikian adalah mudah bagi kita untuk untuk memahami bahwa salib bukanlah sesuatu yang hina melainkan suci karena di atasnya tergantung Yesus, pribadi yang suci, yang rela mengurbankan jiwa dan raga-Nya untuk keselamatan kita. Salib adalah tanda yang istimewa karena di sana ada Yesus Kristus Sang Juru Selamat kita. Mari kita bersukacita atas karya salib Kristus, senantiasa memandang-Nya dan dengan penuh keyakinan masuk ke dalam-Nya. Amin. [CMS]




