REFLEKSI PRIBADI PENGGANTI IBADAT PEMBASUHAN KAKI
REFLEKSI PRIBADI PENGGANTI IBADAT PEMBASUHAN KAKI
Refleksi pribadi dimaksudkan agar umat beriman, yang tidak memiliki kesempatan mengikuti Ibadat Pembasuhan Kaki di dalam keluarga atau komunitas, dapat mengalami kesempatan menghayati arti penting sikap rendah hati dan rela berkorban untuk melayani, sebagaimana diteladankan oleh Tuhan Yesus Kristus yang meneruskan karya keselamatan Allah kepada manusia. Teladan kasih yang diberikan Allah ini, harus dilanjutkan oleh setiap orang yang ingin mengkuti jalan kasih, yakni jalan Kristus.
IBADAT TUGURAN
Tuguran Kamis Putih merupakan Ibadat Adorasi, yang artinya menyembah atau memuja Tubuh Kristus. Namun, Tuguran berbeda dengan Adorasi meriah. Tuguran adalah Adorasi sederhana untuk menemani Tuhan Yesus di awal penderitaan-Nya, saat Ia berdoa di taman Getsemani. Dalam Tuguran, kita turut meresapi betapa sedih hati Tuhan kita, sebab itu, Tuguran dilaksanakan dalam keheningan, agar berjaga bersama Yesus senantiasa.
Ibadat Tuguran yang dilaksanakan dengan diam dalam keheningan, seturut tradisi Gereja Kudus ini, dimaksudkan agar membangun interaksi vertikal antara diri pribadi dengan Tuhan Yesus. Dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan batin ini, dimaksudkan agar diri sendiri mencapai hubungan yang bersifat pribadi dengan Tuhan Yesus. Karena tujuan inilah, dalam Ibadat Tuguran, tradisi Gereja menghindari interaksi horizontal antara pemimpin ibadat dengan umat atau menghindari interaksi antar kelompok umat, agar tidak dapat menghilangkan intensitas hubungan batin diri pribadi dengan Tuhan.
Dalam masa pandemi ini, Ibadat Tuguran menemani Tuhan Yesus di awal penderitaan-Nya dilakukan oleh keluarga atau komunitas di rumah dan di komunitas masing-masing. Semua anggota keluarga atau anggota komunitas berpartisipasi aktif dalam Ibadat Tuguran (berdoa menemani Tuhan Yesus di awal penderitaan-Nya).
Pastor Tinus Sirken, OSC.