Upah dosa ialah maut (Rm6:23), dan karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya (Im17:11), maka menebus dosa dilakukan dengan menumpahkan darah kurban. Bapa telah mengutus Sang Putra untuk menebus dosa umatNya; penebusan itu dinyatakan dengan mengorbankan diri untuk disalib sebagai lambang pemberian dirinya – tubuh dan darahnya – sebagai jaminan perjanjian keselamatan yang baru. Inilah amanat yang diperintahkan Tuhan Yesus untuk kita kenang dalam setiap perayaan Ekaristi. Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (1Kor11:23-26). Dialah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, sekaligus Imam Agung yang membawa darah sucinya sendiri sebagai persembahan korban penghapus dosa. Sebab tentang Dia diberi kesaksian: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."(Ibr7:17). Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, (Kej14:18-19). Perayaan Ekaristi adalah gambaran perjamuan surgawi yang boleh kita alami, dimana setelah dikonsekrasikan, Roti dan anggur yang sudah menjadi Tubuh dan Darah Kristus adalah santapan surgawi yang bisa kita cicipi dalam misa kudus. Tuhan Yesus, kami mohon, buatlah kami semakin memahami, mengasihi dan mengalami Engkau yang hadir dalam Ekaristi. Amin.
Kita sering mendengar banyak orang berkata bahwa umat katolik menyembah Bunda María. Ada juga orang yang mungkin tidak mengerti mengapa umat Katolik berdoa di depan patung atau gambar Perawan Maria. Padahal dalam Kitab Suci sudah sangat jelas ada larangan penyembahan selain kepada Allah Yang Esa.
Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan pencerahan atas pertanyaan-pertanyaan atau keraguan tentang kebaktian Katolik kepada Maria. Dan bagi umat Katolik, tulisan ini mengajak agar kita semakin semangat untuk mempendalami iman tentang pentingnya peran Bunda Maria di dalam gereja yang satu dan kudus.
Maria Tidak Disembah
Ada perbedaan antara kata menyembah dan memuji. Menyembah merupakan penghormatan yang khidmat dengan sujud dan memuja; memuji adalah suatu perasaan yang lahir atas kekaguman sehingga memberikan sebuah penghargaan dengan cara memuliakan.
Menyembah dalam bahasa latin “Latría” atau dalam bahasa yunani “λατρεια” (latreia) yang berarti penyembahan atau kultus yang harus diberikan hanya kepada Allah karena Ia adalah Tuhan dari segala ciptaan, sumber kebaikan, kebijaksanaan, belaskasih, dan penyelamat kita.
Menyembah Allah berarti memberikan segala penghormatan serta penyerahan diri secara absolut karena kerendahan kita dihadapan keagungan Tuhan.
Umat Katolik hanya menyembah kepada Allah, ini tertera dalam Kitab Suci sebagai kebenaran iman.
Dalam kitab Keluaran 20: 4-5 berbunyi “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu...”
Umat Katolik tidak menyembah Bunda Maria, kepadanya diberikan pujian yang istimewa sebagai tanda hormat kita kepada sang bunda yang telah melahirkan Penebus dunia. Kultus yang diberikan kepada Maria dikenal dengan “hiperdulía”, ini lebih tinggi dari kultus yang diberikan kepada para Santo atau orang kudus yang disebut “dulia”.
Maria Wanita Pilihan
Pujian kepada Maria diberikan karena dia adalah wanita yang dipilih Allah untuk menjadi Bunda Kristus; artinya Maria tidak seperti yang lainnya karena dia menerima berkat dan karunia yang khusus untuk menjadi Bunda dari Allah sendiri.
Coba kita mengenang kembali narasi tentang Maria mengunjungi Elisabet dalam kitab Lukas1: 41-42 “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”. Dan selanjutnya
Pernyataan Elisabet mengafirmasikan bahwa Maria adalah wanita yang diberkati karena dia dipilih oleh Allah untuk membawa Juruselamat di dalam rahimnya, dan itulah sebabnya kita umat Katolik memanggilnya demikian dari generasi ke generasi.
Oleh karena itu, penghormatan dan pujian yang diberikan umat Katolik kepada Perawan yang Terberkati memiliki dasar alkitabiah yang kuat.
Kepada Maria kita memberikan cinta yang istimewa, meniru teladan hidupnya, menghormatinya dan percaya kepadanya seperti kepercayaan yang diberikan Yesus kepadanya.
Dia adalah makhluk pertama yang sepenuhnya dimuliakan Allah, suatu tanda konkret tentang keselamatan Yesus Kristus dalam kemanusiaan kita. Memuliakan Maria berarti mengakui iman kita dalam penggenapan Paskah Yesus Kristus yang kuat dalam diri kita.
Maria selalu memerhatikan kita, mengasihi kita dengan cinta seorang ibu yang tak ada batas karena Yesus sendiri telah menyerahkan kita kepadanya: Yoh: 19: 26 “ibu inilah anakmu”. Kita pun demikian mengasihi Maria dalam ketaatan kepada Yesus dan kesetiaan kepada Injil: Yoh 19: 27 “inilah ibumu”. Itulah sebabnya dengan penuh percaya diri kita menghadap Maria untuk menyampaikan segala kebutuhan dan percaya dengan perantaraan keibuannya.
Maria Perantara Kepada Kristus
Kita menghormati dan memuliakan Maria karena ia adalah perantara kepada Kristus bagi semua anak yang datang memohon belaskasih Allah. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria menggantikan posisi Tuhan Yesus sebagai perantara.
Gereja selalu mengajarkan bahwa hanya Kristuslah satu-satunya jalan untuk menuju Bapa, dan hanya melalui Dialah kita didamaikan dengan Allah; ini berarti Yesus adalah satu-satunya mediator Allah dengan Manusia.
Namun ada arti lain dari kata “perantara” yang menjurus pada pemohon bantuan. Contohnya: kita sering kali meminta bantuan para imam atau orang lain agar didoakan.
Dalam konteks ini, mereka pun menjadi perantara namun bukan berarti mengesampingkan peranan Kristus sebagai mediator utama. Jadi dalam hal ini yang ingin disampaikan adalah Maria adalah perantara yang istimewa karena lebih dekat dan bersatu dengan Sabda inkarnasi dan sekaligus menjadi Ibunya.
Kita bisa melihat contoh peran mediasi Maria yang meminta bantuan kepada Yesus dalam narasi Kitab Suci tentang pernikahan di Kana Galilea, injil Yoh 2: 1-11. Intervensi Bunda Maria dalam mukjizat pertama Putranya bukanlah suatu kebetulan. Narasi pernikahan di Kana menyoroti peran kooperatif Maria dalam misi Tuhan Yesus.
Jadi doa dan pujian yang diberikan kepada Bunda Maria bukanlah bentuk penyembahan, melainkan penghormatan dan cinta sebagai Bunda Allah. Tidak diragukan lagi bahwa dia adalah wanita yang paling diberkati dan suci, dan karena alasan itu, Maria pantas untuk dicintai, dihormati, dan diteladani.
Seringkali juga ada suara-suara dari non Katolik mengatakan bahwa kita menyembah Maria ketika melihat kita mempersembahkan bunga, memberi lilin, dan mendupai patung atau gambar Bunda Maria.
Persembahan tersebut sekali lagi bukanlah bentuk penyembahan. Umat katolik tidak menyembah Patung ataupun gambar; sudah sangat jelas tertera dalam kitab Keluaran 20: 4-5.
Kalau kita melihat narasi kitab Bilangan 21:8 “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup”.
Allah menyuruh Musa membuat patung sebagai simbol keselamatan dari kematian akibat gigitan ular, namun bukan sumber keselamatan atau keselamatan itu sendiri. Karena sesungguhnya keselamatan itu hanya ada pada Yesus Kristus.
Begitu pula dengan patung atau gambar Bunda Maria ataupun para santo, bukan untuk disembah melainkan untuk merangsang iman dan kepercayaan kita. Karena di balik patung atau gambar ada sosok yang menjadi panutan dalam hidup yang telah memberikan kesaksian hidup tentang iman dan kepercayaannya kepada Allah.
Ungkapan Iman Tidak Dibatasi Mata
Perlu diklarifikasi, ketika seorang Katolik berdoa dan di depannya ada sebuah gambar, ia tidak pernah berpikir untuk memohon pada gambar tersebut. Sekali lagi pada gambar tidak; pikiran kita tertuju pada orang yang berada di balik gambar itu.
Kita tidak pernah percaya atau mengajarkan bahwa gambar bisa berbicara, bisa melihat, ataupun berjalan. Bagi kita semuanya itu hanyalah representasi dari Yesus, Maria atau seorang santo santa.
Dan jika kita mencium, memberikan bunga, atau memberi lilin, mendupai, itu hanyalah suatu bentuk untuk mengekspresikan kasih kepada dia yang berada di balik gambar tersebut.
Ini juga sering terjadi dalam kehidupan kita. Jika kita melihat orang yang kita kasihi dalam sebuah foto, kita langsung mengenang sosok dalam foto tersebut, ada sebuah perasaan yang tersirat saat itu, bukan fotonya.
Jadi sekali lagi, gambar atau patung kudus hanyalah sebuah representasi, karena ungkapan iman tidak dibatasi dengan dipandang mata, melainkan lebih jauh dari itu.
Dengan ini saya akhiri, Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa ini adalah ibadah yang sama sekali berbeda dari penyembahan: no. 971.
"Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia" (Luk 1:48). "Penghormatan Gereja untuk Perawan Maria tersuci termasuk dalam inti ibadat Kristen" (MC 56). "Tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian istimewa. Memang sejak zaman kuno santa Perawan dihormati dengan gelar 'Bunda Allah'; dan dalam segala bahaya dan kebutuhan mereka umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya... Kebaktian Umat Allah terhadap Maria... meskipun bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya" (LG 66). Ia mendapat ungkapannya dalam pesta-pesta liturgi yang dikhususkan untuk Bunda Allah (Bdk. SC 103). Dan dalam doa marian - seperti doa rosario, yang merupakan "ringkasan seluruh Injil" (Bdk. MC 42)..”.
Ave Maria. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria memberkati. ( Patrisius Frans Maria Bora. OSM)
Betapa sempurna kasih kerahiman Allah kepada manusia yang diciptakan sesuai citraNya. Walaupun jatuh kedalam dosa, kendati sering memberontak, meskipun tidak setia, selalu diberi kesempatan untuk bertobat, bahkan dikaruniai Putra terkasih yang mengorbankan diri demi menebus dosa tak terkira yang tak mungkin ditebus kemampuan manusia sendiri. Tak berselang lama setelah kenaikannya ke Surga, Dia mengutus Roh Kudus. Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kis 2:1-4). Roh itu membimbing dan menguatkan iman kita. [..] tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus. Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. (1Kor12:3-6). Tak mungkin Sang Putra tinggal di bumi selamanya, maka tibalah giliran Roh Kudus untuk menyertai kita sepanjang hidup: memberi pencerahan, menolong, menghibur dan memampukan siapapun yang mengasihi Allah untuk menjalani hidup sesuai kehendakNYA. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. (Yoh14:15-16,26). Sudahkah kita mengalami kehadiranNya?
Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: (Mzm8:4-7). Masihkah kita menyia-nyiakan kasih sebesar itu dengan menolak Dia dan bahkan menghempaskan diri kedalam dosa? Marilah kita belajar hikmat dariNYA: permulaan hikmat adalah Takut Akan Allah! TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala; aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; (Ams8:22,30). Seperti pekerja layak mendapat upahnya, demikian pula ganjaran datang karena ketekunan dan kesengsaraan dalam ketaatan pada kehendakNya. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Rm5:3-5). Tritunggal Maha Kudus terus berkarya, Bapa dan Putra sudah melimpahkan kasih dalam penciptaan dan karya penebusan; kini saatnya Roh Kudus berperan untuk mengajar, menghibur dan menolong kita dalam melakukan kehendak Bapa. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. (Yoh16:13-14). Semoga kita semakin menghayati karya Tritunggal Maha Kudus dalam hidup kita.
Pemilihan Umum sudah selesai, tapi kedahsyatan dampak hoax, ujaran kebencian, fitnah dan semua pemutar-balikan fakta yang menyertainya belum terhapus dari ingatan kita. Sungguh, kebohongan yang diulang-ulang secara massif bisa mempengaruhi alam bawah sadar kita; bahkan tidak sedikit kaum intelektual yang sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang salah. Berita bohong yang dipropagandakan secara massif lama-lama bisa dianggap suatu kebenaran! Santo Stefanus, martir pertama yang paham sifat tokoh Israel yang keras kepala, suka menghasut dan menentang Roh Kudus memohonkan ampun bagi para pembunuhnya. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. (Kis7:58-60). Bagi Santo Stefanus kematian sama-sekali tidaklah menakutkan. Dia bahkan menyambut kematiannya dengan sukacita karena percaya Tuhan Yesus akan menerimanya! "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. (Why22:12,14). Komunikasi efektif tidak cukup searah. Allah telah mewahyukan diriNya, apa tanggapan kita? Apakah mungkin memahami kehendakNya tanpa bergumul dengan FirmanNya? Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yoh 17:25-26). Ayo, sediakan waktu untuk berdoa dan mendengar FirmanNya...