Seri 25: ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA
Seri 25
ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA
Pertama, menurut gambar Allah diciptakan laki-laki dan perempuan (Kejadian 1:27), dan dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia yang dapat mengenal dan mencintai Allah (Gaudium et Spes 12,3). Manusia di dunia merupakan satu-satunya makhluk yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri (Gaudium et Spes 24,3). Hanya manusialah yang dipanggil supaya dalam pengertian dan cinta mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Manusia diciptakan untuk tujuan mengambil bagian dalam kehidupan Allah, dan itulah dasar utama bagi martabatnya (Santa Katarina dari Siena).
Karena manusia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi, artinya bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Mampu mengenal diri sendiri, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Manusia dipanggil ke dalam perjanjian dengan Allah dan memberi kepada Allah jawaban cinta, yang tidak dikenal oleh makhluk yang lain.
Allah menciptakan segala sesuatu untuk manusia. Manusia sendiri diciptakan untuk melayani Allah, mencintai Allah dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada Allah (Santo Yohanes Krisostomus). Untuk inilah manusia disatukan dalam Kristus. Hanya dalam misteri Sabda yang menjelma, misteri manusia benar-benar menjadi jelas. Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama. Sebab Allah menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia (Kisah para Rasul 17:26). Manusia bersatu dengan asalnya (Allah), dalam kodratnya (tubuh dan jiwa), dalam tempat kehidupannya (bumi), dalam kesatuan tujuan adikodrati: Allah sendiri (surga), dalam kesatuan penebusan (Kristus). Semua manusia adalah saudara dan saudari (Paus Pius XII).
Kedua, kesatuan jiwa dan badan, adalah kodrat manusia. Kitab Suci mengungkapkan bahwa Allah menghendaki keutuhan manusia (jiwa dan badan). Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2:7). Sementara, jiwa berarti kehidupan manusia atau seluruh pribadi manusia, yaitu jiwa yang adalah prinsip hidup rohani manusia.
Tubuh manusia mengambil bagian pada martabat keberadaan menurut gambaran Allah sebab tubuh manusia dijiwai oleh jiwa rohani. Maka jiwa dan badan manusia ditentukan untuk menjadi kenisah Roh. Melalui jiwa dan badan, manusia mencapai tarafnya yang tertinggi yaitu melambungkan suaranya dengan bebas memuliakan Sang Pencipta (Gaudium Et Spes 14.1).
Kesatuan jiwa dan badan begitu mendalam, sehingga jiwa harus dipandang sebagai “bentuk” badan, artinya jiwa rohani menyebabkan badan yang dibentuk dari materi menjadi badan manusiawi yang hidup. Dalam manusia, roh dan materi bukanlah dua kodrat yang bersatu, melainkan kesatuan jiwa dan badan membentuk kodrat yang satu.
Rasul Paulus menulis tentang roh, jiwa, dan badan (1 Tesalonika 5:23). Kata “roh” berarti manusia sejak penciptaanya diarahkan kepada tujuan adikodratinya dan bahwa jiwanya dapat diangkat ke dalam persekutuan dengan Allah. Maka, dalam arti biblis kata “hati” adalah “dasar hakikat” atau “batin” (Yeremia 31:33), di mana manusia memutuskan berpihak kepada Allah atau melawan Allah.
Bersambung ... P. Tinus Sirken, O.S.C..