PERUBAHAN RADIKAL
Bacaan I: Yun. 3:1-5.10; Bacaan II: 1Kor. 7:29-31; Bacaan Injil: Mrk. 1:14-20.
PERUBAHAN RADIKAL
Ketika tahun 2014 Pak Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden RI, dia melontarkan slogan "revolusi mental". Revolusi mental adalah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali dan berjiwa api yang bernyala-nyala. Gagasan revolusi mental sebenarnya dilontarkan pertama kali oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1956. Menurut Bung Karno, tujuan revolusi untuk kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai. Walau bangsa Indonesia sudah merdeka, namun perjuangan belum berakhir. Revolusi masih terus dilakukan dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku. Presiden Jokowi mengangkat kembali slogan itu karena merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi dan melemahnya sendi-sendi perekomian. Lewat Inpres No 12 tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), Presiden ingin memperbaiki dan membangun karakter bangsa yang mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong royong menuju Indonesia modern, maju, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila (Kompas.com, 8 Jan 2020). Hal yang sama kita dengar dalam Injil hari ini (Mrk. 1:14-20). Mengawali penampilanNya di depan umum, Yesus menyampaikan 3 tema pokok misiNya : 1) Pertobatan; 2) Percaya; 3) Kabar Gembira. Pertama : Bertobatlah atau "metanoia" artinya berbalik 180 derajat. Metanoia artinya perubahan radikal dalam cara berpikir, bersikap, disposisi batin. Bermetanoia mengandaikan sikap yang remuk redam (Mzm. 51:17) dan menderita karena dosa serta membuat resolusi untuk tidak mengulangi dosa lagi. Sikap orang Niniwe dalam bacaan pertama merupakan contoh pertobatan, yaitu berpuasa dan mengenakan kain kabung (Yun. 3:6-9). Kedua: Percaya artinya menyerahkan diri atau membiarkan diri dikuasai dan diatur oleh Allah. Percaya artinya menjadikan Allah sebagai pusat hidup. Kepercayaan mengandaikan 3 hal : yakin bahwa keselamatan yang sesungguhnya datang dari Allah; kesediaan untuk mengenal, mencari dan melakukan kehendak Allah; Allah akan menjamin kehidupan yang akan datang ( eskatologis). Ketiga: Yesus datang untuk mewartakan Injil ("euaggelion") atau Kabar Gembira. Mengapa disebut Kabar Gembira ? Karena "Kerajaan Allah sudah dekat". Kalau dalam Perjanjian Lama, Allah itu seakan-akan jauh, seperti yang diungkapkan Ayub : "Semoga aku tahu mendapatkan Dia dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam" (Ayub 23:3), namun dengan kedatangan Yesus, orang dapat melihat kehadiran Allah. "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh. 14:9). Sikap para murid pertama ( Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes), yang meninggalkan orangtua, orang-orang upahan dan pekerjaannya untuk mengikuti Yesus merupakan tanggapan konkrit atas pewartaan Yesus. Mereka meninggalkan "zona nyaman" kehidupan lama dan memilih mengikuti Yesus, Sang Juruselamat. Inilah sikap yang tepat dalam menanggapi pewartaan Yesus (YS)