Bacaan I: Kej. 15:1-6;21:1-3; Bacaan II: Ibr. 11:8,11-12,17-19; Bacaan Injil: Luk. 2:22-40.
Nunc dimittis
Nunc dimittis adalah sebutan untuk nyanyian Simeon (Lukas 2:29-32, 34b-35) pada Injil hari ini (Nunc dimittis = Now You dismiss = Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi — kalimat pembukaan nyanyian tersebut). Walaupun Simeon bukan tokoh yang terkenal, penulis Injil secara eksplisit menyebut tiga kali Roh Kudus hadir pada diri Simeon (ayat 25, 26, 27), di dalam nyanyian itu Simeon menyatakan dalam kedudukannya sebagai orang benar dan saleh yang tinggal di Bait Allah, bahwa Mesias sudah datang, khususnya sudah datang dalam Keluarga Kudus Nasaret yang perayaannya kita peringati hari ini.
Bagi seorang anak laki-laki Yahudi, ia akan disunat pada umur delapan hari, dan saat itulah ia resmi diberi nama oleh ayahnya (ref: Luk 1:59-63), lalu dibawa ke Bait Allah pada umur 40 hari, dan disitu ia resmi dinyatakan kepada publik sebagai anggota keluarga ayahnya.
Yesus Kristus bukanlah nabi-nabi yang hanya merupakan utusan dan juru bicara Tuhan, Yesus adalah Allah sendiri yang datang dan hadir ditengah-tengah manusia (Allah melawat umat-Nya – Lukas 1:68,78), dan secara khusus, berbeda dengan nabi-nabi dan berbagai tokoh Kitab Suci lainnya, kita bisa merasakan betapa kehadiran Yesus dalam keluarga sangat ditekankan. Di satu sisi hal ini menegaskan dengan sangat kuat betapa Allah memang hadir, bukan hanya hadir menonton dari atas, tetapi bahkan Ia merendahkan diri untuk hadir sebagai sungguh-sungguh manusia, yaitu hadir dalam keluarga. Di sisi lain, Allah menegaskan pentingnya keluarga bagi setiap umat-Nya, dan khususnya menegaskan Allah pertama-tama hadir ditengah-tengah keluarga lebih dahulu, bahkan sebelum hadir di Bait Allah.
Bagi kita dan keluarga kita, perayaan Keluarga Kudus adalah momen untuk merenungkan siapakah yang sudah menjadi Yesus dalam keluarga kita, bukan untuk mencari-cari, menunjuk-nunjuk atau memperingatkan orang lain agar bersikap seperti yang kita inginkan, tetapi memulai menjadi Yesus dalam keluarga kita. Yaitu dengan mulai mengasihi, mempedulikan, mencerahkan mata yang tidak melihat, mengajak bicara yang bisu karena kurang peduli, memberi minum pada anggota yang haus akan perhatian dan kasih, hadir dan menemani yang terpenjara dalam kekuatiran dan ketakutannya, dan seterusnya. Sampai saatnya kita bisa berkata Nunc dimittis! Karena Kristus sudah hadir dalam keluarga kita. – {AJ}