Bacaan I: 2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Bacaan II: Rm. 16:25-27; Bacaan Injil: Luk. 1:26-38.
Dimanakah Kerajaan Allah?
Dalam bacaan pertama, saat raja Daud berkeinginan untuk membangun rumah bagi Allah, Allah malah menolak niat baik Daud itu, dan walaupun nantinya anaknya Daud, Solomo membangun bait Allah, tetapi itu tidak bertahan lama, dan bahkan sampai saat inipun bait Allah belum dapat dibangun kembali. Pernahkah terpikir oleh kita mengapa Allah menolak dibangunkan bait Allah oleh Daud? Dan bahkan sampai sekarangpun bait Allah belum dapat dibangun kembali? Paulus dalam bacaan kedua menyebut hal itu sebagai: “pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan… untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman”.
Pada waktu Allah menolak keinginan Daud untuk membangun bait Allah, Allah malah menjanjikan keturunan Daud akan membangun kerajaan yang akan kokoh selama-lamanya: “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” Dan janji Allah itu tergenapi saat malaikat Gabriel berkata kepada Maria: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak… Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Dalam bacaan Injil hari ini.
Dari pesan itu kita bisa melihat dengan jelas betapa bagi Allah adalah terlebih penting membangun Kerajaan Allah yang berada di dalam hati kita daripada membangun bait Allah, dan lebih lanjut Yesus berkata: “Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Luk 17:21). Dan “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.” (Luk 12:32). Pada minggu terakhir Adven ini marilah kita menyambut kehadiran Kristus dengan semangat baru. Bukan sekedar semangat untuk ikut misa Natal, bukan sekedar semangat untuk membuat pesta Natal, akan tetapi semangat karena memahami bahwa Allah sungguh ingin hadir dan meraja didalam hati kita, dan itulah makna Natal sejati yaitu menyambut dan merayakan hadir-Nya Kristus di dalam hati kita. (AJ)