PANGGILAN DAN PENGUTUSAN
Bacaan I : Yes. 6:1-2a,3-8; Bacaan II : 1 Kor. 15:1-11; Bacaan Injil: Luk. 5:1-11.
PANGGILAN DAN PENGUTUSAN
Bacaan hari minggu ini berbicara tentang kisah panggilan dan pengutusan. Dalam bacaan I (Yes 6:1-2a.3-8), dikisahkan tentang panggilan dan pengutusan Nabi Yesaya. Walau anggap diri tidak layak - "aku seorang yang najis bibir" (6:5) - Yesaya tidak berani menolak pengutusan Allah. Bahkan dengan suara lantang dia menjawab : “Inilah aku. Utuslah aku” (6:8). Dalam bacaan II (I Kor 15:1-11) Rasul Paulus menyinggung tentang panggilan dan pengutusannya menjadi “rasul”. Dia yang menganggap diri sebagai “yang paling hina dari semua rasul, karena telah menganiaya umat Kristen” (15:9) telah berubah menjadi Rasul besar. Dia diutus untuk mewartakan “Kristus yang telah menderita dan wafat karena dosa kita, telah dikuburkan, namun bangkit pada hari yang ketiga”(15:3-4). Dalam bacaan Injil, dikisahkan pula tentang panggilan dan pengutusan rasul-rasul angkatan pertama, yaitu Simon yang disebut Petrus, Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes (anak-anak Zebedeus). Mereka diutus untuk menjadi “penjala manusia”( Lk 5:10). Kekristenan sulit dipisahkan dari “panggilan dan pengutusan”. Sejak Yesus memilih murid pertama sampai Dia naik ke surga, “pengutusan” merupakan bagian utama dari strategi penyelamatan. Ketika memilih murid pertama, Yesus memberi mereka tugas pengutusan untuk menjadi “penjala manusia” (Lk 5:10). Sebelum naik ke surga Dia menegaskan lagi tugas pengutusan itu : “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu” (Mt 28:19). Ada beberapa faktor penting dari kisah “panggilan dan pengutusan”. Pertama, panggilan itu adalah “anugerah cuma-cuma” dari Allah, bukan karena “kehebatan” diri seseorang. Allah memanggil seseorang karena
Allah “mengasihi” dia. Kedua, Allah memanggil orang dari latarbelakang yang berbeda-beda. Yesaya punya latarbelakang
sebagai “staf ahli” dalam lingkungan kerajaan. Paulus sebagai “ahli agama Yahudi”. Sedangkan para rasul mempunyai latarbelakang bermacam-macam : ada nelayan, pegawai pajak, politikus dan lain-lain. Ketiga, Allah memilih seseorang untuk sebuah “panggilan”, untuk sebuah “pengutusan”, bukan untuk sebuah “profesi”. “Profesi” dan “panggilan” itu berbeda. Profesi biasanya dikaitkan dengan sebuah “keahlian” yang memberikan “penghasilan” dan “prestise”. Sedangkan “panggilan” dikaitkan dengan “pengabdian” dan “passion”. Keempat, ketika Allah memanggil seseorang, dia menyadari dirinya “tidak layak”.
Bandingkan pengakuan Paulus yang mengatakan : “aku yang paling hina dari semua rasul” (I Kor 15:8) atau Yesaya : “aku yang najis bibir” (Yes. 6:5). Berhadapan dengan panggilan Allah, manusia menyadari dirinya “kecil”. Kelima, panggilan Allah tidak bisa ditolak. Bandingkan penolakan Yesaya yang mengaku “berbibir najis” atau Petrus “seorang berdosa” (Lk 5:8), tetapi mereka tetap dipilih Allah. Lalu apa pesan bacaan-bacaan hari ini untuk kita ? Sebagai pengikut Kristus, kitapun diberi tugas pengutusan. Ke mana kita diutus ? Kita diutus ke dalam keluarga kita masing-masing, ke lingkungan kita, ke tempat kita bekerja, ke tengah masyarakat di mana kita menjadi warganya.
Apa tugas pengutusan kita ? Menjadi “garam dan terang dunia” (Mat 5:12-14). Ketika mengakhiri perayaan ekaristi hari ini Imam berkata : “Pergilah dalam damai, sambil memuliakan Tuhan dengan hidupmu" dan kita tanpa ragu menjawab “Syukur kepada Allah” artinya kita siap menjalankan tugas pengutusan tersebut. Maka bersama Nabi Yesaya kitapun dengan penuh keyakinan menjawab : “Inilah Aku Tuhan. Utuslah aku!” (Yes 6:8) dan bersama Rasul Petrus kita juga berani mengatakan : "Karena perintahMu, aku akan menebarkan jala juga" (Luk 5:5). (YS)