Hari sabtu, tgl 18 Juni 2011 Ruyati bin Satubi (54 tahun) dihukum pancung di Arab Saudi. Nenek, asal Bekasi yang memiliki 3 anak dan 7 cucu ini dihukum karena terbukti membunuh majikannya. Dihukum-matinya Ibu Ruyati menambah daftar panjang TKI yang dihukum mati di Arab Saudi. Menurut data yang dikeluarkan oleh Migrant Care, sudah puluhan TKI yang dieksekusi mati di Arab Saudi dan masih 26 orang yang masih menunggu nasibnya.
Dalam bacaan pertama, para rasul berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.” Melayani meja (diakonein) berarti melayani berbagai persiapan dan pembagian makanan disekitar meja, yang pada jaman sekarang bisa berarti melayani berbagai persiapan dan pembagian makanan (rohani) disekitar meja (altar). Itulah pelayanan yang dilakukan oleh orang-orang awam yang dengan rela melayani berbagai bidang dalam Gereja. Dan yang menarik dari kata-kata para rasul tadi adalah, bahwa tidak melayani meja berarti melalaikan Firman Allah.
Dalam suatu milis, ramailah didiskusikan perihal tersebut. Sebagian menuliskan bahwa ketika Yesus berdoa, ada ketakutan yang amat sangat. Ketakutan itu sungguh manusiawi, karena Yesus tahu penderitaan sehebat apa yang harus dialami. Yesus mungkin tampaknya kalah, karena tidak dapat menghindar dari jalan hidupNya sehingga harus disiksa sampai wafat.
Sungguh beruntung kedua murid yang sedang berjalan ke Emaus pada cerita Injil minggu ini (lukas 24:13-35), mereka ditemani Yesus sepanjang perjalanan mereka! Sebaliknya dalam hidup kita sehari-hari, seringkali rasanya Tuhan seakan-akan tidak melihat serta tidak mau peduli dengan masalah dan persoalan yang kita hadapi. Persoalan-persoalan dalam hidup terasa makin berat saja dari hari ke hari, walaupun sudah berusaha menuruti perintah-Nya untuk hidup baik. Tetapi tunggu dulu…., ada yang menarik disini…., ternyata kedua murid itu juga tidak mengenali Yesus (ay 16). Jadi jangan-jangan, seperti kedua murid itu, bukan Yesus yang tidak menemani dan tidak peduli kepada kita, tetapi mungkin kita sendiri yang tidak menyadari Yesus telah berada disamping kita.
Pada suatu renungan, seorang imam yang bertugas di Papua menulis demikian. Adalah seorang Guru Buddhis yang terkenal dari India diundang datang ke Tibet untuk membabarkan Dharma. Guru ini membawa serta seorang laki-laki yang tidak hanya bawel dan tidak bertanggung jawab, tetapi juga sebagai tukang masak judes. Setelah beberapa waktu, orang-orang Tibet mendekati sang guru dan berkata dengan penuh hormat, "Mengapa guru begitu tenggang rasa dengan tukang masak yang tidak berguna itu? Ia kelihatannya cuma menimbulkan masalah, alih-alih membantu guru." Sang Guru tersenyum dan menjawab, "Ah, kalian tidak mengerti. Ia bukan pelayanku, ia adalah guruku." Orang-orang Tibet kaget dan memohon penjelasan, "Kenapa bisa begitu?" Sang guru menjelaskan, "Kalian lihat, perangainya yang rewel dan tidak menyenangkan itu telah mengajariku untuk bersikap sabar dan bertenggang rasa setiap hari. Karena itulah aku menghargainya dan menyebutnya sebagai guruku."