UTAMAKAN KEHENDAK ALLAH
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38). Dalam permenungan yang panjang kerap saya menyimpulkan bahwa sesungguhnya pernyataan kesanggupan Maria untuk menerima karunia sebagai Bunda Allah adalah kunci yang membuka gerbang keselamatan bagi seluruh umat manusia. Bayangkan saja apa yang mungkin terjadi jika Maria berkata sebaliknya. Bukan tidak mungkin bahwa sejarah keselamatan kita masih menjadi tanda tanya besar, buram dan tak berpengharapan. Pasalnya hanya melalui pernyataan itulah Allah merealisasikan janji penyelamatan-Nya dengan menjadi manusia.
Kesanggupan Maria inilah yang menempatkan dirinya kemudian sebagai teladan beriman kepada Allah. Bukan berlebihan ketika Gereja Katolik menempatkan Bunda Maria sebagai panutan dan menggelarinya sebagai Bunda Gereja. Ibu yang dari rahimnya pun Gereja terlahir. Maria begitu percaya dan yakin dengan penyelenggaraan Ilahi sehingga dia tulus menerima tugas mulia, tanpa gentar menghadapi segala konsekuensi yang dari semula sudah terlintas. Maria lebih memilih agar kehendak Allah harus terjadi dibanding memikirkan segala persoalan yang pasti timbul krn pilihan itu. Berkat iman yg besar membuat Maria lgsng menyatakan sanggup tanpa perlu memikirkan lbh lama lagi.
Semangat mengandalkan Allah semata atau percaya pada kehendak Allah sebagai jalan terbaik kerap terabaikan di tengah keberimanan kita dewasa ini. Bukannya bermaksud mengecilkan segala upaya manusiawi yang kita lakukan tetapi umumnya kita kurang melibatkan Allah ketika persoalan hidup mendera. Kita terlalu sibuk dengan usaha dan daya pribadi kita tanpa melibatkan Allah dalam pergumulan itu. Biasanya Allah diingat pada saat kita sudah tak berdaya, ketika segala keperkasaan kita pupus, saat segala jalan mulai tertutup di saat itulah kita baru memanggil Allah untuk masuk dalam perkara hidup kita. Parahnya lagi dalam keputusasaan yang demikian malah tidak sedikit orang yang menggerutu dan menyalahi Allah atas segala yang sudah terjadi. Inilah gambaran kesombongan daging yang secara kasat mata mempertontonkan betapa iman kita begitu dangkal.
Kembali pada kisah Maria menerima kabar gembira ini, sesungguhnya Allah tidak memaksakan kehendaknya, tetapi DIA memberikan kesempatan kepada Maria untuk memutuskan. Inilah karunia kehendak bebas yang diberikan Allah, membiarkan kita memilih. Dan karunia kehendak bebas ini digunakan Maria dengan menyatakan sanggup menjadi Bunda Allah. Oleh karena pernyataan kesanggupan itulah Elizabeth yang dipenuhi Roh Kudus berkata : 'Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?' (Lukas 1:42-43).
Bunda Maria dipilih Allah karena kerendahan hatinya untuk membiarkan kehendak Allah terjadi atas hidupnya. Seharusnya kesalehan itu menjadi bagian integral dari hidup kristiani kita. Ketika dunia cenderung mengagungkan kemapanan diri yang diukur dalam statistik keterpenuhan materi memang bukan perkara mudah kita untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Salah-salah kita malah dipandang sebelah mata sebagai orang yang gagal dan sebagainya. Namun menjadi pribadi yang rendah hati hrs dijalani pasalnya hanya melalui cara inilah kita menempatkan kehendak Allah sbg yg terutama dlm hidup. Jika tdk rendah hati maka Allah & segala kehendaknya tersingkir dr listing prioritas hidup kita, manusia mjd kemaruk dgn sejuta ambisi yg memasungnya. Sesungguhnya ketika kita rendah hati berpasrah pd penyelenggaraan Allah maka kita akan melakoni hidup dgn langkah yg lbh ringan. Kerjakan dahulu kehendak Allah & yakinlah bhw yg lainnya pasti akan ditambahkan Allah sendiri.