Bacaan ini biasanya diambil dari salah satu surat-surat Rasul Paulus atau rasul lain. Bacaan kedua mengisahkan cinta Allah untuk kita dan tuntutan menjadi seorang Kristiani. Biasanya, tidak ada bacaan kedua pada hari-hari kerja (Senin-Sabtu), kecuali pada Hari Minggu, Hari Pesta atau Hari Raya seturut Penanggalan Liturgi. Selama pembacaan, partisipasi aktif kita bersama ialah duduk dan mendengarkan secara saksama pesan istimewa Allah untuk kita.
Sebab, melalui diri lektor (pembaca), Allah sedang berbicara kepada kita umat-Nya. Allah menyatakan diri secara nyata melalui vokal suara dan gerak-gerik liturgis yang diekpresikan oleh sang lektor yang sungguh mengisyaratkan kehadiran aktual Allah. Semua umat beriman memberi diri untuk mendengarkan dan menyimak sabda Allah dengan telinga hatinya. Pada akhir bacaan lektor mengatakan, ‘Demikianlah Sabda Tuhan’ dan kita menjawab, ‘Syukur kepada Allah’.
Jadi, Perjanjian Lama adalah bagian pertama dari pembacaan Kitab Suci. Mengisahkan tentang Allah dan umat-Nya bangsa Israel yang hidup sebelum Yesus dilahirkan. Sedangkan Perjanjian Baru adalah bagian kedua dari pembacaan Kitab Suci. Berfokus pada hidup Yesus, kisah mengenai iman Gereja Perdana dalam surat-surat: Rasul Paulus, Yakobus, Petrus, Yohanes, Yudas, dan Kitab Wahyu.
Bersambung ... ... ... P. Faustinus Sirken, OSC
Kita Menanggapi Allah Dengan Menyanyikan Mazmur Tanggapan
Makna Mazmur Tanggapan Umat semestinya hening setelah Pembacaan Pertama, kemudian Mazmur Tanggapan dibacakan oleh seorang umat atau dinyanyikan oleh seorang Kantor/Pemazmur. Mazmur Tanggapan adalah jawaban kita bersama kepada Sabda Allah yang telah kita dengarkan bersama pula. Maka proses internalisasi Sabda Allah itu: setelah kita mendengarkan Sabda Allah, kita merenungkan, kita meresapkannya, dan memberikan jawaban yang indah secara bersama-sama. Umat menjawab karya-karya Allah yang masih berlangsung hingga kini dengan pujian melalui Mazmur Tanggapan ini. Mazmur-mazmur adalah nyanyian kepada Allah. Melalui bagian Antifon Mazmur kita menanggapi dan mengulangi pesanan dari pembacaan pertama, serta siap untuk mendengarkan Injil. Seperti bacaan pertama dihubungkan dengan Injil pada hari-hari Minggu, maka Mazmur dan tanggapannya juga dihubungkan dan dapat berlaku sebagai jembatan antara dua bacaan. Mazmur Tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah. Mazmur Tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan yang bersangkutan, dan biasanya diambil dari Buku Bacaan Misa (Lectionarium).
Cara Membawakan Mazmur Tanggapan PUMR 61 menganjurkan, sekurang-kurangnya pada bagian antifon yang dibawakan oleh umat sesuai dengan hakikat Mazmur yang adalah suatu nyanyian. Pemazmur dapat bernyanyi dari meja sabda (mimbar) atau tempat lain yang cocok. Sebaiknya pemazmur dibedakan dari solis, yang lebih berfungsi sebagai petugas dalam kelompok paduan suara. Namun jika tidak ada pemazmur, tugas ini dapat dirangkap oleh solis. Kalaupun solis tidak ada, lektor dapat mengambil alih tugas ini. Bahkan, kalau semua petugas yang diharapkan itu tidak ada, imam selebran pun dapat melakukannya. Cara membawakan Mazmur; misalnya, pemazmur memulai sendirian membawakan antifon, kemudian diulangi oleh umat. Lalu pemazmur membawakan ayat per ayat, setelah setiap ayat ditanggapi umat
dengan menyanyikan antifon. Dengan kata lain, gaya antara pemazmur dan umat menyanyikan Mazmur Tanggpan ini adalah bergaya “responsorial”, artinya saling balas-balasan atau tanggaptanggapan. Sebagai catatan penting bahwa, istilah “Lagu Antar Bacaan” dalam Misa sebenarnya sangat tidak tepat, karena istilah 'lagu antar bacaan' itu dapat dengan mudah membelokkan makna terdalam dan fungsi liturgis yang sebenarnya. Jadi, secara liturgis yang tepat dan benar adalah Mazmur Tanggapan.
Perayaan Ekaristi terdiri dari dua bagian utama: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Dalam Liturgi Sabda, Allah berbicara kepada umat-Nya melalui Sabda Yesus Kristus yang diwartakan, khususnya dalam proklamasi Injil. Bacaan Pertama dan Bacaan Kedua bersama dengan Mazmur Tanggapan mengarahkan hati kita kepada Proklamasi Injil, yang disambut dengan tanda penghormatan menyanyikan Alleluia pada Bait Pengantar Injil. Sementara Homili, Syahadat dan Permohonan Umat mengalir dari Proklamasi Injil. Dalam semua bagian ini, arti Sabda Allah dinyatakan bagi kehidupan umat-Nya. Dengan maksud supaya Sabda Allah itu berakar dalam hati dan membangkitkan kesadaran baru dan kepribadian baru umat Allah, yang menyerupai Kristus.
Allah Berbicara Kepada Kita
Liturgi Sabda adalah saat untuk memproklamasikan dan mendengarkan Sabda Allah dari Kitab Suci, dan kita diundang untuk menanggapi atau menjawabinya. Pada saat kita mendengarkan kisah Kitab Suci kita percaya bahwa Allah berbicara kepada kita hari ini. Bacaan-bacaan dibacakan dari Kitab Suci resmi seturut Tahun Liturgi Gereja. Pada Hari Minggu, Hari Raya, dan Pesta-pesta Tuhan dibacakan tiga bacaan: Pertama, Kedua, dan Injil. Pada Misa Hari-hari Pesta dan Hari Biasa cukup dua bacaan, yakni Bacaan Pertama dan Proklamasi Injil. Pada Misa Malam Paskah (Vigili), secara resmi tersedia sembilan bacaan. Bila mungkin semua bacaan itu hendaknya dibacakan. Namun bila karena alasan pastoral tidak mungkin dibacakan kesembilan bacaan-bacaan itu, sekurang-kurangnya boleh tiga bacaan dari Perjanjian Lama dan dua bacaan dari Perjanjian Baru (Surat Rasul dan Injil). Semua ini disusun agar pewartaan Sabda Allah lebih terarah, sehingga umat dididik untuk lebih memahami misteri yang mereka rayakan dan mencintai Sabda Allah secara lebih nyata (PUMR 359).
Allah Berbicara Kepada Kita Melalui Bacaan Pertama
Bacaan ini biasanya dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan terfokus pada relasi antara Allah dengan umat-Nya. Pada Hari Minggu, Bacaan Pertama ini akan dihubungkan dengan Injil dalam beberapa cara: situasi yang mungkin sama atau bahkan dihubungkan dengan atau mungkin ada pesan yang dikumandangkan dalam Injil. Pada masa Paskah Bacaan Pertama ini diambil dari Kisah para Rasul dan mengisahkan kepada kita tentang permulaan Gereja atau pengalaman umat beriman selama Gereja Perdana. Amin. Bersambung... ... ...
Kita Menanggapi Allah Dengan Menyanyikan Mazmur Tanggapan
Makna Mazmur Tanggapan Umat semestinya hening setelah Pembacaan Pertama, kemudian Mazmur Tanggapan dibacakan oleh seorang umat atau dinyanyikan oleh seorang Kantor/Pemazmur. Mazmur Tanggapan adalah jawaban kita bersama kepada Sabda Allah yang telah kita dengarkan bersama pula. Maka proses internalisasi Sabda Allah itu: setelah kita mendengarkan Sabda Allah, kita merenungkan, kita meresapkannya, dan memberikan jawaban yang indah secara bersama-sama. Umat menjawab karya-karya Allah yang masih berlangsung hingga kini dengan pujian melalui Mazmur Tanggapan ini. Mazmur-mazmur adalah nyanyian kepada Allah. Melalui bagian Antifon Mazmur kita menanggapi dan mengulangi pesanan dari pembacaan pertama, serta siap untuk mendengarkan Injil. Seperti bacaan pertama dihubungkan dengan Injil pada hari-hari Minggu, maka Mazmur dan tanggapannya juga dihubungkan dan dapat berlaku sebagai jembatan antara dua bacaan. Mazmur Tanggapan memiliki makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas Sabda Allah. Mazmur Tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan yang bersangkutan, dan biasanya diambil dari Buku Bacaan Misa (Lectionarium).
Cara Membawakan Mazmur Tanggapan PUMR 61 menganjurkan, sekurang-kurangnya pada bagian antifon yang dibawakan oleh umat sesuai dengan hakikat Mazmur yang adalah suatu nyanyian. Pemazmur dapat bernyanyi dari meja sabda (mimbar) atau tempat lain yang cocok. Sebaiknya pemazmur dibedakan dari solis, yang lebih berfungsi sebagai petugas dalam kelompok paduan suara. Namun jika tidak ada pemazmur, tugas ini dapat dirangkap oleh solis. Kalaupun solis tidak ada, lektor dapat mengambil alih tugas ini. Bahkan, kalau semua petugas yang diharapkan itu tidak ada, imam selebran pun dapat melakukannya. Cara membawakan Mazmur; misalnya, pemazmur memulai sendirian membawakan antifon, kemudian diulangi oleh umat. Lalu pemazmur membawakan ayat per ayat, setelah setiap ayat ditanggapi umat
dengan menyanyikan antifon. Dengan kata lain, gaya antara pemazmur dan umat menyanyikan Mazmur Tanggpan ini adalah bergaya “responsorial”, artinya saling balas-balasan atau tanggaptanggapan. Sebagai catatan penting bahwa, istilah “Lagu Antar Bacaan” dalam Misa sebenarnya sangat tidak tepat, karena istilah 'lagu antar bacaan' itu dapat dengan mudah membelokkan makna terdalam dan fungsi liturgis yang sebenarnya. Jadi, secara liturgis yang tepat dan benar adalah Mazmur Tanggapan.
Perayaan Ekaristi terdiri dari dua bagian utama: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Dalam Liturgi Sabda, Allah berbicara kepada umat-Nya melalui Sabda Yesus Kristus yang diwartakan, khususnya dalam proklamasi Injil. Bacaan Pertama dan Bacaan Kedua bersama dengan Mazmur Tanggapan mengarahkan hati kita kepada Proklamasi Injil, yang disambut dengan tanda penghormatan menyanyikan Alleluia pada Bait Pengantar Injil. Sementara Homili, Syahadat dan Permohonan Umat mengalir dari Proklamasi Injil. Dalam semua bagian ini, arti Sabda Allah dinyatakan bagi kehidupan umat-Nya. Dengan maksud supaya Sabda Allah itu berakar dalam hati dan membangkitkan kesadaran baru dan kepribadian baru umat Allah, yang menyerupai Kristus.
Allah Berbicara Kepada Kita
Liturgi Sabda adalah saat untuk memproklamasikan dan mendengarkan Sabda Allah dari Kitab Suci, dan kita diundang untuk menanggapi atau menjawabinya. Pada saat kita mendengarkan kisah Kitab Suci kita percaya bahwa Allah berbicara kepada kita hari ini. Bacaan-bacaan dibacakan dari Kitab Suci resmi seturut Tahun Liturgi Gereja. Pada Hari Minggu, Hari Raya, dan Pesta-pesta Tuhan dibacakan tiga bacaan: Pertama, Kedua, dan Injil. Pada Misa Hari-hari Pesta dan Hari Biasa cukup dua bacaan, yakni Bacaan Pertama dan Proklamasi Injil. Pada Misa Malam Paskah (Vigili), secara resmi tersedia sembilan bacaan. Bila mungkin semua bacaan itu hendaknya dibacakan. Namun bila karena alasan pastoral tidak mungkin dibacakan kesembilan bacaan-bacaan itu, sekurang-kurangnya boleh tiga bacaan dari Perjanjian Lama dan dua bacaan dari Perjanjian Baru (Surat Rasul dan Injil). Semua ini disusun agar pewartaan Sabda Allah lebih terarah, sehingga umat dididik untuk lebih memahami misteri yang mereka rayakan dan mencintai Sabda Allah secara lebih nyata (PUMR 359).
Allah Berbicara Kepada Kita Melalui Bacaan Pertama
Bacaan ini biasanya dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan terfokus pada relasi antara Allah dengan umat-Nya. Pada Hari Minggu, Bacaan Pertama ini akan dihubungkan dengan Injil dalam beberapa cara: situasi yang mungkin sama atau bahkan dihubungkan dengan atau mungkin ada pesan yang dikumandangkan dalam Injil. Pada masa Paskah Bacaan Pertama ini diambil dari Kisah para Rasul dan mengisahkan kepada kita tentang permulaan Gereja atau pengalaman umat beriman selama Gereja Perdana. Amin. Bersambung... ... ...