Bacaan I : Yes. 66:10-14c; Bacaan II : Gal. 6:14-18
Bacaan Injil : Luk. 10:1-12,17-20.
MENJADI CIPTAAN BARU
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang perempuan paruh baya bernama Maria. Ia dikenal sebagai pribadi yang penuh kasih, meski hidupnya tidak mudah. Suaminya telah lama meninggal, dan anak semata wayangnya bertugas jauh. Namun, Maria yang mantan perawat senior, tetap menjadi sumber penghiburan bagi banyak orang di desanya.
Setiap pagi, Maria duduk di teras rumahnya, membaca Kitab Suci. Suatu hari, ia membaca dari Yesaya 66:13, “Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem”. Maria merasa Tuhan sedang berbicara langsung kepadanya; bahwa meski ia sendiri, ia tidak pernah ditinggalkan. Yerusalem yang digambarkan sebagai tempat di mana dia akan mendapatkan penghiburan, mungkin di saat akhir hidupnya, menjadi gambaran kasih Tuhan yang selalu menyertainya.
Hari itu, Maria memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia mulai mengunjungi tetangganya yang sakit, yang kesepian, dan yang kehilangan harapan. Ia tidak membawa apa-apa selain senyum dan doa. Tak lupa dia membawa perlengkapan medis yang masih ada padanya. Sesekali ia membantu mengganti perban bagi tetangganya yang luka, juga obat-obatan umum.
Santo Paulus menyampaikan bahwa seorang Kristiani diharapkan melakukan perubahan dalam hidupnya. Dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia, Paulus menyampaikan bahwa bersunat atau tidak, tidak ada artinya baginya. Namun menjadi ciptaan baru, itulah yang berarti. Karena bagi mereka yang melakukan hal tersebut, maka “.. turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.” (Gal 6:16)
Menjadi ciptaan baru berarti mengandalkan penyertaan Tuhan semata seperti tujuh puluh murid yang diutus oleh Tuhan Yesus pergi berdua-dua. Mereka diminta pergi tanpa membawa pundi-pundi, kantong perbekalan atau kasut. Tugas mereka sungguh tidak mudah, seperti anak domba ke tengah serigala (Luk 10:3). Namun dengan penyertaan Tuhan maka para murid kembali dengan gembira karena setan-setan pun takluk kepada mereka di dalam nama Tuhan Yesus (ay.17).
Kewajiban rohani kita tidak hanya seperti lagu bina iman anak: “Baca kitab suci, doa tiap hari, kalau mau kudus.” Melakukan semua itu memang akan membuat hubungan kita semakin erat dengan Tuhan; namun melakukan perubahan sikap, kebiasaan dan tingkah laku sungguh diperlukan. Inilah yang disebutkan menjadi ciptaan baru. Seperti Maria, kita pun dipanggil untuk menjadi ciptaan baru, membawa terang dan penghiburan di tengah dunia yang penuh luka dengan tulus dan tanpa pamrih. Bukan karena kita hebat, tapi karena kasih Kristus yang hidup dalam kita.[JK]