Bacaan I : Kis. 12:1-11; Bacaan II : 2Tim. 4:6-8,17-18;
Bacaan Injil : Mat. 16:13-19.
DIMAMPUKAN YESUS
Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik. Mengapa Yesus memilih Petrus sebagai penerus-Nya untuk menggembalakan umat-nya? Petrus hanyalah seorang nelayan, bukan ahli kitab suci. Ada banyak kisah Petrus di dalam Injil. Dia sering bertindak tanpa berpikir seperti ketika melihat Yesus berjalan di danau, dia langsung meloncat dari perahu sampai hampir tenggelam. Emosinya yang tidak terkontrol membuat telinga Malkhus yang hendak menangkap Yesus putus dipotongnya. Dan kesalahannya yang paling besar adalah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Petrus punya banyak kisah negatif selama mengikuti Yesus.
Petrus, yang berarti batu karang, adalah nama pemberian Yesus kepadanya. Nama aslinya adalah Simon. Di atas dirinya (batu karang), Yesus akan mendirikan Gereja-Nya, yang pasti akan kokoh berdiri, tahan terhadap terpaan badai dan alam maut tidak akan menguasainya (Mat 16:18). Yesus juga menyerahkan kunci Kerajaan Surga kepada Petrus. Apa yang dia ikat di dunia, akan terikat di surga, dan apa yang dia lepaskan di dunia, akan terlepas di surga. Dengan memegang kunci Kerajaan Surga, Petrus membukakan jalan menuju surga bagi Gereja yang dipercayakan kepadanya. Kunci ini adalah lambang pelayanan Petrus. Mengajar dan melayani umat agar menemukan jalan menuju surga dengan mengimani Yesus anak Allah yang hidup.
Dalam karya pelayanannya, Petrus pun menghadapi tantangan, ditangkap dan dipenjarakan oleh Raja Herodes yang tidak menginginkan pengikut Kristus berkembang. Tetapi di malam hari sebelum dia dihadapkan kepada orang banyak, Allah mengirim malaikat-Nya untuk menyelamatkannya (Kis 12:1-11). Menurut tradisi Gereja, Petrus wafat disalib dan dia tetap memuliakan Allah.
Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus. Dua pilar utama Gereja. Berbeda dengan Petrus yang mengenal Yesus karena mengikuti-Nya sebagai murid, Paulus justru adalah orang yang mengejar dan menangkap umat Kristen. Perjumpaannya dengan Yesus di perjalanan menuju Damsyik membuat dia kemudian berbalik mengikuti Yesus. Menjelang hari-hari akhirnya, Paulus berkisah dalam suratnya kepada Timotius bagaimana Tuhan mendampinginya agar dengan perantaraannya Injil diberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi (2 Tim 4:17).
Petrus dan Paulus dipanggil dan diutus bukan semata karena kemampuan mereka. Yesuslah yang kemudian memampukan mereka untuk melanjutkan misi-Nya bagi keselamatan umat manusia. Kita semua juga dipanggil untuk mewartakan kabar sukacita. Tidak perlu berkecil hati dengan kemampuan kita karena Yesus sendiri yang akan memampukan kita. Mari kabarkan warta sukacita-Nya agar semakin banyak yang diselamatkan! [MS]