Bacaan I : Mi. 5:1-4a; Bacaan II : Ibr. 10:5-10;
Bacaan Injil : Luk. 1:39-45.
KELUARGA KUDUS, INSPIRASI KELUARGA MODERN
Hari ini Gereja merayakan Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria, dan Yusuf sebagai teladan bagi kehidupan keluarga, terutama di tengah tantangan dunia modern.
Dalam bacaan pertama, kisah Hana yang menyerahkan Samuel kepada Tuhan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa anak-anak adalah anugerah yang harus dipersembahkan kembali kepada Tuhan. Orang tua dipanggil untuk membimbing anak-anak mereka dalam iman, bukan hanya mempersiapkan mereka untuk kesuksesan duniawi. Keluarga Kudus mengajarkan bahwa membangun keluarga bukanlah tentang kesempurnaan, melainkan tentang kesetiaan dan keterbukaan pada kehendak Tuhan.
Penulis surat Yohanes menggambarkan begitu besarnya kasih Allah kepada manusia laksana kasih seorang bapa kepada anak-anaknya. Bacaan kedua ini menegaskan identitas hubungan kekeluargaan yang erat antara Allah dengan manusia. Ketaatan anak-anak kepada orangtua merupakan kunci dalam hubungan keluarga. Sama seperti yang diharapkan bahwa siapa saja yang menuruti perintah Allah ia akan diam di dalam Allah dan sebaliknya (1Yoh 3:24).
Lukas menceritakan bagaimana ikatan kasih di dalam keluarga kudus saat Maria dan Yusuf dengan penuh perhatian mencari kanak-kanak Yesus yang hilang. Ketika mereka menemukannya di Bait Allah, mereka menunjukkan kesabaran dan iman, meskipun tidak sepenuhnya memahami rencana Allah. Dalam kehidupan keluarga modern, situasi seperti ini sering terjadi. Orang tua mungkin tidak selalu memahami pilihan anak-anak mereka, terutama dalam hal pendidikan, karier, atau gaya hidup. Namun, kesabaran, doa, dan komunikasi terbuka seperti yang dicontohkan Maria dan Yusuf adalah kunci untuk menjaga hubungan yang baik dalam keluarga.
Keluarga modern juga menghadapi tantangan teknologi yang sering memisahkan anggota keluarga. Telepon genggam dan media sosial sering mengurangi waktu berkualitas bersama. Keluarga Kudus mengajarkan pentingnya kehadiran yang nyata, saling mendukung, dan menghadirkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Keluarga Kudus juga mengingatkan kita bahwa kehadiran Tuhan harus menjadi pusat kehidupan keluarga. Tidak ada keluarga yang bebas dari masalah, tetapi keluarga yang beriman akan mampu menghadapi tantangan dengan harapan dan kasih. Keharmonisan dalam keluarga bukan datang dari keadaan yang sempurna, melainkan dari komitmen untuk saling mendukung dan menghadirkan Tuhan dalam setiap keputusan.
Mari kita meneladani Keluarga Kudus dengan menempatkan Tuhan sebagai pusat, menjalani hidup dengan kesederhanaan, dan saling mengasihi. Keluarga Kudus bukan hanya cerita masa lalu, tetapi sebuah inspirasi nyata untuk masa kini. (aap).