Bacaan I : Dan. 12:1-3; Bacaan II : Ibr. 10:11-14,18;
Bacaan Injil : Mrk. 13:24-32.
SIKAP HIDUP BERJAGA-JAGA
Di dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik terdapat dua hari yang diperingati secara berturutan di awal bulan November, yaitu Hari Raya Semua Orang Kudus dan Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman. Kedua perayaan ini dimaksudkan untuk mengenang para kudus dan semua orang beriman yang telah berpulang. Bagi umat Allah yang masih tinggal di dunia ini, kedua perayaan tersebut dapat bermakna bahwa kehidupan di dunia ini adalah sesuatu yang fana. Ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini.
Bacaan Injil hari ini menegaskan kembali akan kefanaan hidup, bahwa tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Kelak semua akan berakhir saat kedatangan Anak Manusia yang kedua kalinya atau pada akhir zaman. Penulis Injil Markus menggambarkan pada saat itu matahari dan bulan tidak bercahaya. Namun umat Allah justru akan melihat kemuliaan Anak Manusia yang datang dengan segala kekuasaan-Nya [Mrk 13:26]. Untuk mempersiapkan itu Yesus meminta para murid belajar mengenal tanda-tanda zaman [ayat 28-29] dan memiliki sikap berjaga-jaga [ayat 32].
Mengapa harus berjaga-jaga? Dalam bacaan pertama yang diambil dari kitab Daniel menyebutkan akan terjadinya sebuah kesesakan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi umat Allah tidak perlu takut karena ada Mikhael yang menjaga dan mendampingi [Dan 12:1]. Pada saat itu semua orang akan dibangkitkan dan mendapatkan ganjarannya masing-masing [ayat 2-3].
Mengenai berjaga-jaga, ada frasa Latin yaitu memento mori yang dapat diartikan “ingatlah bahwa Anda akan mati”, sebuah nasihat untuk berjaga-jaga bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara. Dalam Kekristenan, memento mori menjadi tema yang menonjol dalam seni, arsitektur, dan literatur. Banyak tulisan para kudus dan teolog Kristen yang berfokus pada meditasi tentang kematian dan kehidupan setelahnya. Praktik ini juga terlihat dalam ritus-ritus seperti Rabu Abu, di mana abu ditaburkan di dahi umat sebagai pengingat akan kefanaan mereka.
Di era digital ini seorang biarawati Katolik anggota dari Daughters of Saint Paul yaitu Sr. Theresa Aletheia Noble, FSP dikenal karena perjuangannya dalam memulihkan praktik memento mori, untuk mengajak orang mengingat kematian sebagai cara untuk hidup lebih berarti, lebih bermakna, etis, dan berfokus pada nilai-nilai spiritual. Dengan demikian maka kita memiliki sikap hidup berjaga-jaga, sebagai persiapan hidup kekal bersama Kristus yang duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah [Ibr 10:12b].
Sudahkah Anda memiliki sikap hidup berjaga-jaga? (CT)