Bacaan I : 1Raj. 17:10-16; Bacaan II : Ibr. 9:24-28;
Bacaan Injil : Mrk. 12:38-44.
TELADAN KEBAIKAN
Malala Yousafzai lahir di Mingora sebuah kota kecil di Pakistan. Dia tumbuh di wilayah yang dikuasai kelompok Taliban yang melarang anak perempuan untuk bersekolah. Situasi ini justru menjadi pemicu perjuangannya yang luar biasa. Sejak usia 11 tahun ia menulis blog anonim untuk BBC Urdu, menceritakan pengalaman sehari-hari sebagai seorang gadis yang hidup di bawah ancaman Taliban. Tulisannya jujur dan berani mengenai larangan pendidikan untuk perempuan menarik perhatian dunia. Malala berubah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang terjadi di Pakistan.
Dalam bacaan Injil hari ini ada dua situasi yang ditampilkan oleh penulis. Situasi pertama adalah ketika Yesus mengajar para murid agar mereka berhati-hati dengan para ahli Taurat yang suka mencari perhatian, suka berpakaian mewah, duduk di tempat terhormat, dan mengharapkan penghormatan dari orang lain. Namun, di balik itu, mereka mengeksploitasi orang miskin dan memanfaatkan kedudukan mereka untuk kepentingan pribadi. Situasi yang kedua adalah saat Yesus duduk di depan peti persembahan. Banyak orang kaya yang memberi dalam jumlah yang besar. Sementara itu seorang janda miskin memberikan dua uang logam kecil yang hampir tidak bernilai. Bagi Yesus, persembahan janda ini jauh lebih berharga dibandingkan persembahan yang diberikan oleh orang kaya. Karena dia memberi bukan karena ia memiliki harta yang banyak, tetapi karena kasihnya. Dia memberikan segala yang dimilikinya. Janda miskin ini ditampilkan sebagai simbol perlawanan terhadap para ahli Taurat yang suka mencari perhatian dan orang-orang kaya yang memberi dari kelimpahannya.
Sosok janda miskin juga muncul di dalam bacaan pertama. Dikisahkan seorang janda miskin di Sarfat yang mengolah roti dari segenggam tepung dan sedikit minyak atas permintaan Elia. Padahal itu adalah bahan makanan miliknya yang terakhir karena sudah tidak ada lagi persediaannya [1 Raja 17:12]. Namun janda miskin ini percaya kepada janji TUHAN yang disampaikan melalui Elia [ayat 14].
Ada benang merah dari ketiga tokoh wanita ini. Mereka mempersembahkan apa yang menjadi miliknya untuk kemanusiaan. Janda miskin memberikan seluruh penghasilannya. Janda di Sarfat memberikan bahan makanan terakhirnya. Malala Yousafzai memberikan keberanian dan pemikirannya. Semuanya untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik bagi sesama mereka. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Kristus yang mengurbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang [Ibr 9:28]. Mari kita mengikuti jejak-Nya, memberikan yang terbaik yang kita miliki. (CT)