Bacaan I : Bil. 6:22-27; Bacaan II : Gal. 4:4-7; Bacaan Injil : Luk. 2:16-21.
MENYIMPAN DI DALAM HATI
Melalui Injil Lukas, kita diperkenalkan secara lebih intim dengan Maria, Bunda Kristus. Lukas menampilkan sosok Maria di awal Injilnya sebagai pemeran penting dalam karya keselamatan Allah. Seorang wanita yang ketaatannya menjadi teladan bagi kita semua. Karena kesediaan Maria menjadi Bunda Allah maka Kristus dapat turun ke dunia.
Salah satu teladan dari Bunda Maria yang ditampilkan Lukas adalah sikap Bunda Maria dalam menghadapi segala rencana Allah. Yang pertama adalah saat dia menerima salam dari malaikat Gabriel, Maria bertanya di dalam hatinya apakah arti salam itu [Luk 1:29]. Kedua, dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan Maria menerima cerita dari para gembala yang datang atas informasi dari malaikat dan Bunda kita ini menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya [Luk 2:17-19]. Dan yang ketiga saat dia dan Santo Yusuf menemukan Yesus di Bait Allah, Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya [Luk 2:51].
Terpilih menjadi Bunda Allah tentu tidak pernah terpikirkan oleh Maria. Tugas berat ini disadarinya sejak perjumpaan dengan malaikat Gabriel. Kemudian Maria mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak dipahaminya. Dalam menghadapi semua itu Maria memilih mengambil sikap bijaksana yaitu menyimpannya di dalam hati dan merenungkannya. Bahkan tidak dikisahkan usaha Maria menjelaskan kehamilannya kepada Yusuf. Maria seperti membiarkan Allah yang menjelaskan sendiri kepada Yusuf melalui malaikat.
Di era digital saat ini ‘menyimpan perkara di dalam hati’, ternyata tidak mudah. Kita telah terbiasa mengetahui urusan pribadi orang, terutama tokoh-tokoh publik, dengan mudah dan cepat. Apakah informasi itu benar atau tidak, ternyata tidak begitu penting. Media sosial juga menyuburkan perilaku betapa mudahnya membicarakan dan bahkan menghakimi kekurangan orang lain. Di sisi lain, media sosial juga sering membuat orang cenderung suka menceritakan kebaikan-kebaikan diri sendiri. Dua hal yang seharusnya disimpan di dalam hati.
Maria memahami bahwa dia harus berproses mengikuti rencana Allah. Demikian pula kita dapat meneladani bagaimana Maria menyikapi peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya hingga kelak dia memahami secara utuh untuk apa dia dilahirkan, yaitu menjadi Bunda Sang Penebus. (CT).