Bacaan I : Hab. 1:2-3;2:2-4; Bacaan II : 2Tim.1:6-8,19-14; Bacaan Injil : Luk.17:5-10.
Setelah bertahun-tahun mempelajari Kitab Suci dan iman, perasaan-perasaan yang mengatakan masih ada yang kurang dari imanku masih ada. Persis sama dengan para rasul yang berkata: “Tambahkanlah iman kami!” pada bacaan Injil hari ini. Yesus kemudian menjawab: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”
Aku membayangkan imanku yang sebesar biji sesawi itu mulai tumbuh, pertama-tama tunas-tunasnya, lalu kemudian daun-daun menghijau pun mulai tumbuh. Aku senang sekali, dengan bangga kupamerkan daun-daunku yang lebat, hijau dan indah itu pada biji-biji sesawi lain, dan aku melihat mereka ternyata belum bertumbuh sebaik aku, bahkan tunas-tunas mereka pun masih sedikit, tentu saja aku makin bangga saja pada pertumbuhanku yang lebih baik. Tapi tak lama kemudian aku melihat daun-daunku mulai menguning, dan tak lama kemudian daunku pun mulai rontok tak berguna. Sungguh cemas hatiku melihat itu semua, mengapa aku berhenti tumbuh? Apa yang salah dalam imanku? Tiba-tiba aku teringat pada bacaan pertama yang mengatakan: “Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya”, mungkinkah ini yang menyebabkan berhenti dan rontoknya pertumbuhan imanku? Mungkinkah aku terlalu mementingkan pertumbuhan daun-daunku agar terlihat lebih hebat dari yang lain, tetapi melupakan pertumbuhan akar-akar yang sesungguhnya menopang seluruh pertumbuhanku? Yaitu akar-akar yang tidak terlihat orang lain, akar-akar yang merunduk merendah untuk memperoleh kekuatan dari Tuhanku.
Sungguh benar perkataan Yesus pada akhir pengajaran-Nya hari ini: “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Karena Yesus sendiri mencontohkan Ia rela merendahkan diri sebagai Allah yang turun di antara manusia. Bahkan sampai rela dihukum mati di kayu salib yang hina. Melihat sekelilingku juga semua yang kunikmati sekarang adalah hasil karya orang-orang yang tidak menampakkan namanya, dari listrik yang melalui kabel tegangan tinggi, saluran internet melalui berbagai tower yang sangat sulit dan berbahaya untuk dikerjakan, sampai jalan-jalan, jembatan bahkan rumahku sendiri dikerjakan oleh orang-orang yang mengorbankan kesenangan dirinya. Sungguh untuk bertumbuh menuju Tuhan ternyata aku harus merendahkan diri, merunduk dan berbaur dengan orang-orang menderita di sekitarku. (aj).