Bacaan I : Am. 8:4-7; Bacaan II : 1Tim.2:1-8; Bacaan Injil : Luk.16:1-13.
KEJUJURAN ADALAH KEBAJIKAN KRISTIANI SEJATI
Dunia sedang dilanda krisis kejujuran. Krisis kejujuran ini dapat kita saksikan dan rasakan akibatnya dalam berbagai macam bidang kehidupan antara lain: ekonomi, energi, kesehatan, sosial, politik, perang dan masih banyak krisis-krisis lainnya. Krisis kejujuran ini juga sangat nyata di Indonesia. Setiap hari kita saksikan di TV, youtube, tiktok, facebook dan media sosial lainnya tentang pembunuhan, pemutarbalikan fakta, korupsi, pemerkosaan, penipuan dan lain sebagainya. Semua peristiwa yang kita lihat, dengar, dan baca itu adalah akibat krisis kejujuran. Mendengar dan menyaksikan semua itu, kita lalu bertanya: masih pentingkah kejujuran itu dalam hidup manusia. Masih perlukah seseorang berpikir, berkata dan berperilaku jujur?
Bacaan injil hari ini kiranya menjawab pertanyaan ini. Ceritera Yesus tentang bendahara yang tidak jujur adalah contoh bagaimana pentingnya kejujuran dalam dunia kerja dan kehidupan manusia pada umumnya. Seorang bendahara dipecat karena menghambur-hamburkan (korupsi) kekayaan tuannya dengan tidak bertanggungjawab. Ia menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Di sini, yang disorot adalah aspek sosial dari kejujuran itu, bahwa kejujuran memainkan peran besar dalam kehidupan manusia. Kejujuran adalah karakteristik yang dicari oleh pemberi kerja dan pemilik usaha. Dalam seleksi kerja, baik itu tes tertulis maupun wawancara salah satu karakteristik yang menjadi fokus perhatian adalah kejujuran. Karena begitu pentingnya sehingga di akhir dari ceritera ini (16:10) Yesus berkata: "Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Kesetiaan dalam hal-hal kecil adalah dasar kesetiaan dalam tugas yang lebih besar.
Orang Kristen berkata dan berperilaku jujur bukan hanya untuk kepentingan kehidupan sosial masyarakat, tetapi yang lebih penting adalah dalam rangkah menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Menjadi jujur adalah tentang mengikuti jejak Tuhan, karena Dia tidak bisa berbohong. Dan jalan satu-satunya mengikuti jejak Tuhan adalah Yesus Kristus. Dalam Yohanes 14: 6 Ia berkata ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yesus adalah sumber dari segala kebenaran. Karena Yesus adalah kebenaran, maka Dia adalah sumber kebenaran yang paling dapat diandalkan. Dan kebohongan, ketidakjujuran berarti menjauh orang Kristen dari Yesus.
Menjadi jujur tidak selalu mudah. Karena kata Penyair Romawi abad pertama, Juneval, bahwa, “Kejujuran dipuji-puji, meskipun yang berkata jujur akan mati kelaparan”. Tapi itulah salib orang Kristen, apa pun tantangan, harus tetap jujur demi integritas hidup dunia maupun jaminan kemah Abadi di surga. (LN).