Bacaan I : Yes. 66:18-21; Bacaan II : Ibr. 12:5-7,11-13; Bacaan Injil : Luk. 13:22-30.
PINTU YANG SEMPIT
Sebuah pertanyaan kritis yang mungkin mengusik iman kita : "Apakah saya akan selamat ?" Pertanyaan yang sama kita dengar dalam injil hari ini (Luk. 13:22-30) : "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" (ayat 23). Yesus menjawab dengan kiasan "PINTU YANG SEMPIT"atau 'PINTU YANG SESAK" (Mt. 7:13). Kiasan "pintu sempit" menggambarkan jalan masuk untuk mencapai keselamatan itu tidaklah mudah. Oleh karena itu Yesus meminta "setiap orang yang ingin diselamatkan" untuk :
1). Berjuang. "Berjuanglah untuk masuk" (ayat 24). "Berjuang" menggambarkan usaha keras yang melibatkan seluruh diri kita. Keselamatan hanya bisa dicapai lewat usaha, kerja keras bahkan penderitaan. Kisah hidup orang Kudus dan para martir membuktikan hal itu. Yesus menegaskan : "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk. 9:23). Kita tidak bisa berasumsi bahwa karena telah dibaptis kita pasti selamat. Ingat kata-kata Yesus dalam injil hari ini (ayat 26-27) : "Kami telah makan dan minum di hadapanMu .." tetapi Tuhan menjawab : "Aku tidak tahu dari mana kamu datang".
2). Batas waktu. "..Tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu .."(ayat 25). Jangka waktu untuk melewati pintu sempit itu terbatas, karena akan tiba waktunya pintu sempit itu akan ditutup. Kesempatan untuk mengumpulkan kebaikan agar bisa melewati pintu sempit itu adalah masa hidup kita di dunia ini. Oleh karena itu kita harus memanfaatkan "waktu yang diberikan Tuhan". Pendeta Wilhelmus Latumahina dengan sangat indah menggambarkan hal ini dalam lagunya "Hidup ini adalah kesempatan" (th. 2004). "Hidup ini adalah kesempatan ..jangan sia-siakan waktu yang Tuhan bri ..hidup ini sudah jadi berkat".
3). Rendah hati. Kiasan pintu sempit mengajak kita juga untuk berani "mengecilkan diri" atau bersikap "rendah hati". Orang yang menyombongkan diri akan sulit memasuki pintu kerajaan Allah. Bandingkan kisah orang Farisi dengan pemungut cukai : "Barangsiapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa yang merendahkan diri akan ditinggikan" (Luk. 18:14).
4). Standar. "Orang yang terakhir menjadi yang terdahulu dan orang yang terdahulu menjadi yang terakhir" (ayat 30). Standar kerajaan Allah berbeda dengan standar dunia. Bandingkan dengan KOTBAH DI BUKIT : "Berbahagialah yang miskin, yang berdukacita, yang lapar dan haus, dll" (Mt 5:3-12). Jadi, kita harus berpatok pada standar, ukuran dan kriteria kerajaan Allah. Lalu apa makna injil hari ini ? Keselamatan bukan sesuatu yang otomatis. Keselamatan harus diperjuangkan setiap hari dengan menjadikan standar kerajaan Allah sebagai patokan hidup kita serta berani untuk bersikap rendah hati dan merasa diri kecil di hadapan Allah. (YS).