Bacaan I : Yes. 43:16-21; Bacaan II : Flp. 3:8-14; Bacaan Injil: Yoh. 8:1-11.
ALLAH KITA ADALAH ALLAH YANG MAHA PENGASIH
Tuduh menuduh adalah salah satu perilaku yang sering terjadi dalam interaksi sosial antar masyarakat. Menuduh dalam kamus Bahasa Indonesia adalah menunjuk dan mengatakan bahwa seseorang berbuat kurang baik atau melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Dalam dunia Psikologi perilaku menuduh adalah bagian dari agresi verbal yang bertujuan untuk menyerang, melukai, mengganggu, merusak hingga membahayakan orang lain.
Inilah perilaku orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam bacaan injil hari ini. Mereka membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Mereka minta sikap Yesus terhadap perempuan yang melanggar hukum Musa ini. Yang menarik adalah bahwa Yesus tidak menjawab tetapi sebaliknya membimbing mereka tahap demi tahap supaya memahami model Allah yang mau diwartakan Yesus. Tahapan-tahapan itu antara lain, pertama, Yesus diam dan menulis dengan tangan di tanah. Kita bisa bayangkan, bagaimana keributan yang terjadi ketika seseorang kedapatan bersalah, entah itu maling, pesinah, tabrakan kenderaan atau kesalahan lainnya. Pasti ada banyak sumpah serapah, tuduhan, berbagai agresi verbal yang keluar dari mulut mereka. Menghadapi semua keributan itu Yesus diam. Orang bilang diam itu emas. Yesus diam supaya memberi mereka waktu untuk refleksi, yaitu melihat dosa mereka sendiri sebelum menghukum orang lain. Yang kedua, Yesus mengajukan pertanyaan reflektip. Ketika mereka terus-menerus mendesak-Nya untuk menjawab, Ia-pun bangkit berdiri lalu berkata: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yesus tahu bahwa sebenarnya dosa yang mereka tuduhkan adalah juga dosa mereka sendiri. Mereka melakukan suatu proyeksi dari apa yang mereka biasa lakukan. Definisi proyeksi psikologis adalah melempar kesalahan sendiri kepada orang lain. Atau bisa di analogikan "maling teriak maling". Atau satu jari menunjuk orang lain, tiga jari menunjuk diri sendiri. Yang ketiga, Yesus mau mengajarkan model Allah yang penuh kasih. Allah yang diwartakan Yesus bukanlah Allah yang menghukum melainkan Allah yang mengasihi, mengampuni dan memberi kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Yesus berkata, "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Kalau Allah tidak mengadili dan menghukum, siapakah kita sehingga berhak untuk menghukum sesama yang bersalah?
Di masa prapaskah ini, kita diajak untuk bertobat dari segala macam agresi verbal yang sering menyakiti hati orang lain, lalu membina perilaku mengampuni dan berbelas kasih seperti Allah Bapa di surga. (LN)