Bacaan I : Yes. 62:1-5; Bacaan II : 1Kor. 12:4-11; Bacaan Injil: Yoh. 2:1-11.
Beberapa orang Kristen menghindari ibadah di gereja dan hanya beribadah di depan televisi sambil ikut memuji Tuhan. Pemikiran mereka yang penting adalah bisa mendengarkan firman Tuhan.
Beberapa di antara kita mungkin pernah berjumpa dengan orang yang menamakan dirinya Kristen yang membaca Alkitab, berdoa, tetapi tidak pernah datang ke gereja. Orang ini merasa bahwa gereja tidak selalu harus dibatasi oleh bangunan, karena orang atau manusia adalah gereja itu sendiri.
Konsep tubuh Kristus berhubungan dengan setiap anggota gereja
Konsep yang bagus ini tidak selalu menghasilkan praktik yang bagus. Gereja sebagai tubuh Kristus adalah sebuah kebenaran yang super. Namun jarang di antara kita yang benar-benar mengadopsi konsep ini di dalam kehidupan berjemaat. Kesatuan gereja secara universal adalah konsep yang penting. Namun hal ini bukan pengganti bagi kebersamaan.
Kesatuan gereja bukan hanya kesatuan secara rohani. Tapi juga disatukan secara praktis jasmani atau kasat mata. Seperti jemaat Kristen perdana bertekun dalam ibadah bersama dan dalam persekutuan mereka suka untuk berkumpul bersama bersekutu untuk mendengarkan pengajaran para rasul, untuk memecahkan roti bersama-sama, memuji Tuhan bersama-sama, saling mengasihi, dan saling menolong satu dengan yang lain.
Persekutuan dalam gereja memungkinkan orang-orang percaya untuk saling melayani satu dengan yang lain . Karya pertobatan Roh Kudus membuat kita memiliki karunia-karunia tertentu yang harus kita pakai untuk melayani orang lain.
Persekutuan dalam gereja menyediakan pertumbuhan yang seimbang bagi kita karena disediakan berbagai jenis karunia rohani untuk kepentingan bersama. Karena setiap orang dipercayakan karunia yang berbeda-beda, maka pada saat karunia itu digunakan bersama-sama untuk kepentingan bersama, masing-masing dari kita akan dibangun secara lebih utuh. Kita mendapatkan kelebihan dari satu karunia yang dimiliki orang lain, sehingga perbedaan dan keragaman karunia menjadi sumber kekayaan bagi setiap kita untuk saling melengkapi dan bertumbuh secara lebih utuh.
Persekutuan dalam gereja menjadi sarana pertumbuhan karakter. Karakter kita akan terus diasah melalui interaksi yang tak terhindarkan. Kita bisa belajar untuk mengerti kelemahan orang lain. Kita bukan hanya melihat dari perspektif diri sendiri, tetapi dari perspektif orang lain. Ini kesempatan untuk belajar untuk merendahkan diri kita.
Indentitas sebagai Tubuh Kristus
Identitas sebagai tubuh Kristus ini dihasilkan dari karya Roh Kudus, bukan karena usaha kita sendiri. Allah telah mengatur agar kita menjadi satu tubuh. Dengan kata lain, kita menjadi tubuh Kristus karena karya Allah di dalam hidup kita. Secara kolektif kita dipanggil untuk menjadi kudus karena kita adalah adalah bait Allah. Karena itu kita tidak seharusnya menggunakan tubuh kita untuk melayani cinta diri sendiri melainkan kita harus hidup bersekutu. Karena identitas menentukan perilaku maka gaya hidup kita harus sesuai dengan identitas kita sebagai Tubuh Kristus. Oleh: Inigo Roesli (IR)