Bacaan:Yer 33: 14-16;1 Tes 3: 12-13; 4: 1-2; Luk 21:25-36
“Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati” kata nabi Zefanya dalam minggu Gaudete atau minggu suka cita ini. Akan tetapi bagaimanakah caranya bersukacita dalam tekanan pandemi, ekonomi dan situasi yang tidak menyenangkan ini?
Masalahnya mungkin pada konsep sukacita kita, seringkali sukacita bagi kita berarti makan enak, rejeki nomplok, ataupun liburan asik. Padahal saat “Bersukacitalah dan beria-rialah” diucapkan, orang Israel justru sedang menderita dalam perbudakkan dan pembuangan. Dan Paulus yang juga berkata “Bersukacitalah senantiasa” sedang dalam tahanan penjara. Bahkan sewaktu Yohanes Pembaptis mengatakan: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”, orang-orang Israel telah mendengar ribuan kali janji itu selama ribuan tahun dan belum juga terlaksana. Mungkin seperti orang Israel, ketidak-mampuan kita untuk bias bersukacita adalah karena kita terlalu terbenam oleh berbagai keinginan dan kekuatiran kita sendiri, daripada mencari sukacita yang diberikan Tuhan (Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagaiduka.- 1 Tim 6:10).
Pada Injil hari ini beberapa orang bertanya: “Apakah yang harus kami perbuat?”.Dan Yohanes menjawab: Jika mempunyai baju dan makanan, hendaknya berbagi, jangan menagih lebih banyak dari yang telah ditentukan, jangan merampas dan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Nasihat untuk bias bersukacita ini ditujukan kepada orang banyak, para pemungut cukai dan prajurit, bukan kepada para pastor, atau ahli Kitab Suci. Mungkin inilah yang dimaksud dengan “bersukacita” oleh Kitab Suci, karena setelah mendengar perkataan Yohanes orang banyak itu sampai bertanya apakah Yohanes adalah mesias. Masa Adven adalah masa retret bagi kita, masa untuk menilai kembali apakah sukacita yang selama ini kita kejar adalah sukacita yang benar, yang apabila kita mencapainya, nabi Zefanya berkata: “Ia (Tuhan) bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. ”Maukah kita bergabung dengan sukacita surgawi itu, atau tetap berdegil hati pada sukacita impian kita sendiri?. [aj]