Bacaan I ; Yer. 31:7-9; Bacaan II.; Ibr. 5:1-6; Bacaan Injil. Mrk. 10:46-52.
MEMANFAATKAN KARUNIA ALLAH
Kebutaan adalah salah satu cacat fisik yang menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas dengan normal. Dalam Taurat Musa ada larangan orang buta tidak diperkenankan melayani sebagai imam di tempat suci Allah (Im 21:17-23). Begitu juga dengan binatang yang buta juga tidak diperkenan sebagai persembahan (Ul 15:21).
Dalam kisah sebelumnya, Yesus menyembuhkan kebutaan hati dua orang murid-Nya [Mrk 10:35-45]. Bacaan Injil hari ini menceritakan seorang pengemis buta bernama Bartimeus yang disembuhkan Yesus saat mereka memasuki kota Yerikho. Kesembuhan ini tidak didapatnya secara instan, melainkan melalui usaha yang gigih, dengan berteriak tanpa kenal menyerah meski suda disuruh diam oleh orang-orang. Keinginannya untuk sembuh didasarkan oleh iman yang kuat kepada Yesus.
Bartimeus yang secara fisik buta, namun mempunyai hati yang terbuka. Dia percaya bahwa Yesus mampu menyembuhkannya. Ini ditunjukkan saat Yesus memanggilnya, Bartimeus menanggalkan jubahnya untuk menemui Yesus. Jubah itu mungkin adalah satu-satunya milik yang berharga baginya. Namun itu tidak sebanding dengan perjumpaannya dengan Yesus. Imannya kepada Yesus tampak saat dia menjawab pertanyaan Sang Guru, "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Oleh karena itu, tidak heran jika Yesuspun memberikan pujian yang menyembuhkannya "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Apakah Bartimeus kemudian pergi meninggalkan Yesus setelah dapat melihat? Ternyata tidak. Markus menceritakan bahwa dia mengikuti Yesus dalam perjalanannya ke Yerusalem.
Kisah Bartimeus ini semoga menjadi inspirasi teladan bagi kita, mengenai bagaimana memanfaatkan karunia yang diberikan Allah. Bartimeus diberikan karunia pengelihatan, dia meninggalkan hidupnya yang lama dan mengikuti Yesus. Dia menggunakan hidupnya yang baru untuk menyertai Yesus ke Yerusalem, memasuki saat-saat di mana Dia memberikan hidupNya bagi keselamatan manusia. Apakah kita telah memanfaatkan karunia Allah untuk berjalan bersama Yesus? Ataukah justru kita membuat rute sendiri dan meminta Yesus yang menyertai kita? Semoga yang pertama yang menjadi pilihan kita. [CT]