Bacaan I : Ayb. 38:1.8-11; Bacaan II: 2Kor. 5:14-17; Bacaan Injil: Mrk. 4:35-40.
Berlayar bersama Tuhan
Dalam bacaan pertama kita menjumpai Ayub yang sedang berada di titik terberat penderitaannya, anak-anaknya mati, hartanya habis, dan dirinya ditimpa penyakit yang tak sembuh-sembuh, istrinya menyalahkan dan mengejeknya, ditambah lagi ke empat sahabat terdekatnya yang malah menyudutkan dan menimpakan segala dosa kepadanya, saat itulah Ayub seperti perahu di tengah badai, ia mengharapkan pertolongan Tuhan sayangnya pertolongan itu tidak datang-datang. Tetapi justru: “dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub” (Ayb 38:1).
Kemudian dalam Injil dikisahkan para murid sedang mengikuti perintah Yesus: “Marilah kita bertolak ke seberang.”, tetapi sedang mereka menyebrangi danau itu, datanglah taufan menerjang sampai perahu hampir tenggelam sehingga sangat ketakutanlah para murid itu. Tentunya taufan itu bukan sekedar angin keras belaka karena para murid Yesus pekerjaannya adalah nelayan yang sudah sangat biasa dan terampil membawa perahu, sehingga kalau nelayan saja sudah sangat ketakutan dapat kita bayangkan besarnya taufan itu. Tetapi dalam taufan yang menggila itu Tuhan Yesus malah tidur nyenyak seolah-olah tidak perduli, sampai para murid membangunkan Yesus, barulah Yesus bangun untuk meredakan angin itu.
Saat ini negara kita bahkan dunia sedang tertimpa wabah covid yang mengerikan, korban terus berjatuhan setiap hari. Dan setelah hampir dua tahun menghadapi wabah ini kita berpikir wabah sudah mulai mereda, akan tetapi beberapa minggu terakhir wabah kembali menyerang dengan sangat hebat. Para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang sudah biasa menangani masalah kesehatan juga sudah mulai kebingungan apabila badai covid ini tidak segera mereda. Keadaan semua sektor kembali menjadi tidak jelas, mulai dari sektor kesehatan, sampai yang terberat sektor ekonomi. Dan sesungguhnya kita tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi untuk beberapa minggu ke depan. Kira ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan sudah seberapa dekatkah kita dengan Tuhan, dan dapat memanggil Dia saat kita membutuhkan pertolongan, jangan sampai karena ketidak-perdulian kita Kristus menjadi tertidur di belakang. –aj