Bacaan I : Ul. 4:32-34,39-40; Bacaan II: Rm. 8:14-17; Bacaan Injil: Mat. 28:16-20.
Tres Personae, Una Substantia
Tritunggal sering dijadikan bahan untuk mempertanyakan berapa jumlah Allah orang Kristen sebenarnya. Katanya esa, namun dalam pengucapan disebutkan nama “Bapa”, “Putera” dan “Roh Kudus”. Ini tentu membingungkan bagi mereka yang tidak seiman dengan kita. Bahkan di kalangan umat Kristiani sendiri masih terlibat diskusi “abadi” bagaimana mencari pemahaman mengenai Tritunggal ini.
Rumusan Tritunggal dicetuskan pertama kali oleh bapa Gereja Tertulianus [155-230], seorang teolog, ahli hukum dan pujangga besar Gereja sebagai berikut "Tres personae, una substantia” [tiga pribadi satu substansi/hakekat]; "Discreti non separate” [berbeda tak terpisah]. untuk menjelaskan fakta di dalam Alkitab tentang Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut Putera dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal. Juga untuk menerangkan hubungan Firman dan Roh Kudus itu dengan Allah yang Esa.
Keesaan Allah berulang kali ditegaskan dalam Alkitab. Kitab Ulangan 6:4 bertutur tentang syahadat bangsa Israel “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Penegasan yang lain saat TUHAN berfirman melalui nabi Yesaya, "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku." [Yes 44:6]. Patut diperhatikan juga doa Tuhan Yesus untuk para murid-Nya: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,… [Yoh 17:3].
Pada bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus juga menyebut Tritunggal saat memberikan tugas perutusan kepada kesebelas murid “… dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,..” [Mat 28:19].Dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani kata nama ditulis dalam bentuk tunggal ONOMA.Bentuk jamak dari ONOMA adalah ONOMATA. Jadi Bapa, Anak dan Roh Kudus bukanlah pribadi yang terpisah-pisah/lebih dari satu melainkan tunggal.
Dengan segala keterbatasannya manusia tidak akan pernah berhenti mengutak-atik misteri Tritunggal. Jika demikian maka perlulah disimak perkataan St. Agustinus ini: “Kalau engkau memahaminya, Ia bukan lagi Allah”. Meski Dia telah mewahyukan diri namun Dia tetap merupakan rahasia yang tak terselami, dengan segala keterbatasan kita. [CT]