
Bacaan I: 2Mak. 7:1-2.9-14; Bacaan II: 2Tes. 2:16-3:5; Bacaan Injil: Luk. 20:27-38(20:27.34-38).
ALLAH ORANG YANG HIDUP
Hidup sesudah kematian adalah kekuatan utama sebuah agama. Tanpa ajaran tentang hidup sesudah kematian, sebuah agama tidak memiliki daya tarik. Injil hari ini mengangkat topik itu. Di dalam agama Yahudi ada 2 golongan besar yaitu golongan Farisi dan Saduki. Golongan Farisi percaya akan hidup sesudah kematian, sebaliknya golongan Saduki tidak percaya. Yesus terlibat dalam sebuah diskusi teologis dengan golongan Saduki tentang hal ini. Mengutip Kitab Keluaran 3:6 "Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub", Yesus menyimpulkan bahwa "Allah adalah Allah orang yang hidup" sekaligus menegaskan bahwa ada hidup sesudah kematian atau ada kebangkitan orang mati. Apa makna ajaran "Kebangkitan orang mati" ?
1. Hidup itu kekal. Hidup tidak berakhir dengan kematian, tetapi terus berlanjut. "Hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan" (Prefasi Arwah). Kematian adalah pintu menuju keabadian.
2. Hidup sesudah kematian ditentukan oleh hidup sebelum kematian. Tindakan, sikap, perilaku selama hidup ini akan menjadi prasyarat untuk kondisi untuk hidup sesudah kematian. Bandingkan "Penghakiman terakhir" : "Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka akan masuk ke tempat siksaan yang kekal" (Mat 25:45-46).
3. Hidup sesudah kematian menghilangkan rasa takut dan gentar. Hal yang paling menakutkan dalam hidup ini adalah kematian. Namun karena kebangkitan Kristus, maut telah dikalahkan, maka maut tidak lagi menakutkan. "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah sengatmu ?" (1 Kor 15:54-55). Orang yang percaya akan hidup kekal tidak pernah takut akan tantangan, kegagalan dan penderitaan. Bagi mereka, setiap kegagalan akan menghantar mereka lebih dekat kepada kesuksesan dan penderitaan akan menghantar mereka kepada kemenangan. Tidak ada kata putus asa ataupun menyerah "Per aspera ad astra" - melalui jerih payah menuju bintang.
4. Hidup sesudah kematian membangkitkan harapan dan optimisme. "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang yang paling malang dari segala manusia" (1 Kor 15:19). Orang yang percaya akan hidup kekal selalu penuh harapan, selalu penuh sukacita dan optimisme. Selalu ada matahari di balik awan yang mendung, selalu ada siang setelah malam yang kelam. Tidak ada yang perlu disesalkan. Dia selalu mensyukuri dan menikmati setiap peristiwa kehidupan.
5. Bertepatan dengan HARI PAHLAWAN hari ini, kepercayaan akan hidup kekal memberanikan kita juga untuk mengorbankan diri untuk orang lain dan kemanusiaan karena "Allah kita bukan Allah orang yang mati melainkan Allah orang yang hidup" (ayat 38). (YS)




