
Bacaan I: Hab. 1:2-3; 2:2-4; Bacaan II: 2Tim. 1:6-8.13-14; Bacaan Injil: Luk. 17:5-10.
Apakah diriku sudah cukup beriman?
Pertanyaan sederhana ini jawabannya sungguh tidak sederhana, bahkan banyak dari kita yang secara sadar atau tidak sadar menghindari pertanyaan ini, karena memikirkannya bisa membuat kita takut dan kuatir. Untunglah dalam Injil hari ini para rasul berkata “Tuhan, tambahkan iman kami!” Sehingga kita dapat menghibur diri dengan membayangkan para rasul yang bertemu langsung dengan Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya juga merasakan kurangnya iman. Yesus menjawab: “Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi”. Mengapa Yesus berkata begitu?
Biji sesawi itu sangat kecil, diameternya hanya 1 mm, dan justru gambaran biji yang sangat kecil ini sungguh tepat, karena seperti para rasul, kitapun merasakan betapa kurangnya atau kecilnya iman kita. Tetapi Yesus tidak mempermasalahkan besar kecilnya iman tersebut, melainkan bagaimana seperti biji sesawi yang walaupun kecil, dapat tumbuh besar sampai burung-burung bersarang di dahannya (kira-kira 4-5 meter tingginya). Jelaslah bagi Yesus bukan seberapa besar iman yang penting, melainkan pada kemampuan iman itu tumbuh.
Seperti juga para rasul yang selama bersama Yesus melakukan berbagai kesalahan, dan tidak berkontribusi bagi Yesus, tetapi kelak iman mereka bertumbuh untuk membuat mereka berani mewartakan Injil ke seluruh dunia seperti disebut dalam bacaan dua.
Bagaimanakah membuat iman kita dapat bertumbuh? Yesus memberikan ajaran yang sangat penting untuk menumbuhkan iman, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Disinilah letak perbedaan cara pandang kita dengan Yesus, bagi kita bertumbuh iman adalah menjadi hebat, besar, dan terkenal, tetapi Yesus justru menekankan pertama-tama dalam pertumbuhan iman adalah menjadi ‘rendah hati’, cukup rendah hati untuk menyapa orang yang tidak pernah kita sapa, cukup rendah hati untuk meluangkan waktu duduk bersama orang yang biasa kita anggap rendah dan mendengarkan mereka. Semoga iman kita lekas bertumbuh, karena: “orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya (imannya)”. –aj




