Bacaan I: Am. 8:4-7; Bacaan II: 1 Tim. 2:1-8; Bacaan Injil: Luk. 16:1-13(16:10-13).
BENDAHARA YANG JUJUR
Sepuluh tahun lalu publik tanah air digemparkan dengan munculnya kasus perpajakan yang dilakukan oleh Gayus Tambunan. Kekayaan yang dimilikinya tidak sebanding dengan gaji sebagai aparatur sipil negara. Usut punya usut ternyata yang bersangkutan terlibat jual beli kasus perpajakan. Amat disayangkan, seorang pegawai pajak yang digaji oleh rakyat untuk mengawal penerimaan negara dari sektor pajak justru menyalahgunakan wewenangnya untuk memperkaya diri sendiri.
Kisah perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur mirip-mirip dengan kasus Gayus. Bendahara yang merupakan orang kepercayaan untuk mengelola keuangan rumah tangga, ternyata menghamburkan milik tuannya itu. Dia telah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan untuk kepentingan diri sendiri. Sang tuanpun meminta pertanggungjawaban. Tak kekurangan akal, bendahara ini menutupi kejahatannya dengan memanipulasi surat hutang (ayat 5-7). Tujuannya agar ketika nanti dia dipecat, masih ada orang-orang yang mau menampungnya yaitu mereka yang ‘dibantu’ oleh si bendahara (ayat 4).
Setiap manusia adalah bendahara dari Sang Pemilik Hidup. Lahir tanpa mengenakan apapun, saat tutup usia hanya mengenakan pakaian yang ada di tubuh. Itulah hakekat kehidupan yang sebenarnya. Harta yang diperoleh selama hidup adalah milik Tuhan yang pengelolaannya diserahkan kepada manusia. Harta ini bisa berupa kecukupan finansial, kepandaian atau talenta yang lain. Bagaimana manusia menggunakannya, apakah untuk kemuliaan diri sendiri, memuaskan hawa nafsu belaka ataukah untuk membantu mensejahterakan sesama, mewartakan Kerajaan Allah, membantu proses renovasi gereja dan kebaikan-kebaikan hidup lainnya, itu adalah pilihan hidup. Yang jelas, Tuhan menyatakan ketidaksukaanya akan penindasan kepada orang miskin (Ams 8:4-7)
Jadi bagaimana kita harus bersikap? Seperti yang disampaikan Yesus pada ayat 13 bahwa seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, maka agar dapat menggunakan harta untuk tujuan kebaikan kita harus melepaskan pikiran dari keterikatan akan harta tersebut. Ingatlah bahwa kita semua adalah bendahara Tuhan. Semoga di Tahun Berhikmat ini, Roh Kudus membuka hati kita agar kita menjadi bendahara yang jujur. (CT)