
Bacaan I: Sir. 3:17-18,20,28-29; Mzm. 68:4-5ac,6-7ab,10-11; Ibr. 12:18-19,22-24a; Luk. 14:1,7-14
RENDAH HATI
Keinginan menjadi dokter begitu besar bagi Lie Agustinus Dharmawan. Lahir dari keluarga kurang mampu tidak membuat surut langkahnya untuk menggapai cita-cita. Lie bekerja mengumpulkan uang dan berangkat ke Jerman. Disana dia berhasil meraih gelar Ph.D dengan empat spesialisasi sekaligus yaitu ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung dan ahli bedah pembuluh darah.
Dikarunia otak cemerlang dan prestasi akademis yang luar biasa seharusnya Lie bisa hidup nyaman dan terhormat. Namun hatinya berkata lain, Lie pulang ke tanah air. Di Indonesia, godaan untuk hidup mapan dan terhormat juga ditampiknya. Melihat banyaknya orang-orang tidak mampu terbelit masalah biaya untuk berobat, hatinya tergerak untuk menolong mereka. Semua itu dilakukan tanpa bayaran sepeserpun. Bahkan kemudian dia menjual rumahnya dan membeli kapal bekas pengangkut semen dan mendirikan Rumah Sakit Apung (RSA). Bersama RSA-nya, Lie berlayar untuk memberikan bantuan medis gratis kepada mereka yang membutuhkan. Meski RSA ini terlihat sederhana, namun ribuan orang telah merasakan sentuhan kasih Allah melalui Lie.
Ada dua hal yang menarik dalam Injil hari ini. Yang pertama adalah bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. Seringkali entah karena kekayaan, kepandaian, jabatan atau kelebihan lainnya, orang merasa diri paling hebat dan terhormat. Padahal setiap orang diberikan karunia yang berbeda-beda. Tuhan Yesus menasihatkan agar orang tidak meninggikan diri. Yang kedua adalah bagaimana memanfaatkan anugerah yang dimiliki. Dicontohkan seorang kaya yang mengadakan perjamuan cenderung mengundang para koleganya yang kaya dan terhormat. Tuhan Yesus menasihatkan justru seharusnya dia mengundang orang-orang yang kurang beruntung. Karena mereka lebih membutuhkan perhatian dan belas kasih.
Apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus ini selaras dengan bacaan pertama “Makin besar engkau, makin patut kaurendahkan dirimu, supaya kaudapat karunia di hadapan Tuhan” (Sir 3:18). Kerendahan hati Lie dalam menggunakan seluruh karunia yang dimilikinya telah menghadirkan kasih Allah melalui perhatian kepada mereka yang kurang beruntung dan terpinggirkan. Bagaimana dengan kita? (CT)




