Seri 39
YESUS DIADILI
Para pemimpin agama tidak sependapat mengenai bagaimana orang harus bersikap terhadap Yesus. Orang Farisi mengancam mereka yang mengakui Yesus dengan pengucilan (Yohanes 9:22). Kayafas imam agung berpikir bahwa Yesus harus mati dan seluruh bangsa harus binasa (Yohanes 11:4-50). Majelis agung menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus sebagai penghujat Allah, namun kehilangan hak untuk melaksanakan hukuman mati, meyerahkan Yesus kepada orang-orang Roma dan menuduh bahwa Yesus mengadakan pemberontakan, yang menempatkan Yesus sejajar dengan Barabas, yang telah didakwa karena pemberontakan (Lukas 2:19). Para imam kepala mencoba mendesak Pilatus melalui ancaman-ancaman politis supaya menjatuhkan hukuman mati atas diri Yesus.
Secara kolektif orang Yahudi tidak bertanggungjawab atas kematian Yesus. Pengadilan Yesus secara historis kompleks dan kita tidak dapat meletakan tanggungjawab di atas orang Yahudi di Yerusalem. Yesus mengampuni mereka dari salib, dan setelah kebangkitan, Petrus mengatakan bahwa orang Yahudi dan para pemimpinnya bertindak dalam “ketidaktahuan” (Kisah rasul 3:12). Orang Yahudi sekarang tidak dapat dituntut dengan melakukan kejahatan selama penderitaan Yesus. Mereka janganlah digambarkan seolah-olah dibuang oleh Allah atau terkutuk, seakan-akan itu dapat disimpulkan dari Kitab Suci (Konsili Vatikan II, NA 4).
Kita para pendosa bertanggungjawab. Maksudnya, para pendosa adalah “penyebab dan pelaku” semua penderitaan yang Yesus derita (Roman Catechism 1,5,11). Gereja meletakan tanggungjawab utama kepada umat Kristiani. Tanggungjawab ini terutama mengenai mereka, yang berkali-kali jatuh ke dalam dosa. Dosa-dosa umat manusia menghantar Kristus Tuhan kepada kematian di kayu salib. Mereka yang bergelinding dalam dosa dan kebiasaan buruk menyalibkan lagi Putra Allah dan menghina-Nya di muka umum (Ibrani 6:6). Rasul Paulus berkata: mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia, kalau sekiranya mereka mengenal-Nya (1 Korintus 2:8). Kita umat kristiani mengenal Kristus, namun seola-ola menganiaya-Nya ketika menyangkal-Nya dengan perbuatan kita (Roman Catechism 1,5,11). Bukan setan yang menyalibkan Yesus, kamu menyalibkan Yesus ketika berpuas diri dalam perbuatan jahat dan dalam dosa (Santo Fransiskus Asisi).
Kitab suci meramalkan kematian Yesus sebagai tebusan untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa (Yesaya 53:11). Orang Kristiani mengimani bahwa “Kristus mati untuk dosa-dosa manusia menurut Kitab Suci (1 Korintus 15:3). Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menjelaskan bahwa kematian-Nya dibutuhkan supaya Ia dapat masuk ke dalam kemuliaan (Lukas 24).
Kristus selalu ditakdirkan untuk mencurahkan darah-Nya, walalupun penebusan kita hanya dinyatakan pada akhir zaman (1 Petrus 1:18-20). Yesus dibuat menjadi berdosa supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21). Allah menempatkan Yesus dalam solidaritas dengan kita para pendosa. Allah tidak menyayangkan anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua (Roma 8:32), sehingga kita diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya (Roma 5:10).
Dengan menyerahkan Putra-Nya, Allah telah menunjukan bahwa rencana-Nya bagi kita adalah suatu keputusan cinta yang penuh kebaikan dan mendahuluhi setiap jasa dari pihak kita: Inilah kasih itu, bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Putra-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa manusia (1 Yohanes 4:10).
Allah tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak-Nya hilang (Matius 18:14). Pada akhirnya, Gereja mengajarkan bahwa Yesus wafat untuk semua manusia tanpa kecuali.
Bersambung ... P. Tinus Sirken, O.S.C..