Bacaan I : Za. 9:9-10; Bacaan II : Rm. 8:9,11-13;
Bacaan Injil : Mat. 11:25-30.
YESUS SUMBER KELEGAAN SEJATI
Kedatangan Mesias telah dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, salah satunya adalah Nabi Zakaria. Dia bernubuat dan menggambarkan bahwa Mesias akan datang. Mesias adalah seorang Raja yang adil, lemah lembut, dan yang menarik Dia menunggangi seekor keledai, bukan kuda. Keledai dikenal sebagai binatang yang bodoh, tidak gagah seperti kuda. Namun keledai justru dipilih oleh Mesias sebagai tunggangannya sebagai perlambang kerendahan hati. Mesias datang membawa pesan damai, untuk itulah Dia menunggang keledai. Bukan menunggang kuda yang gagah dan sering dipakai sebagai tunggangan seorang raja yang akan berangkat berperang.
Nabi Zakaria adalah anak dari Imam Berekhya bin Ido, yang hidup pada zaman pembuangan di Babel. Setelah kembali dari pembuangan mereka tetap hidup dalam ketidakadilan dan penindasan oleh orang-orang Persia. Namun demikian Nabi Zakaria menyampaikan kepada bangsa Yahudi untuk tetap berharap karena akan ada Raja yang datang dengan membawa keadilan, kemenangan dan sukacita.
Pesan damai Sang Raja itu nampak di dalam Injil Matius 11:28 di mana Yesus mengatakan “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Ini adalah pesan damai dan kasih kepada orang-orang Yahudi di zaman Yesus yang mengalami tekanan hidup, baik dari penjajah Romawi maupun dari kaum elite Yahudi. Pesan yang bernuansa kelegaan bagi siapa saja yang membutuhkan sosok pelindung. Untuk itulah Yesus mengundang orang-orang untuk datang kepada-Nya. Mereka mendapat jaminan bahwa Yesus tidak seperti para elite agama yang sombong dan munafik. Dia adalah pribadi yang lemah lembut dan rendah hati. Dia sungguh menjanjikan kelegaan.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika Paulus mengajarkan kepada jemaat di Roma: Namun jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus (Rm 8:9b). Jika kita tidak lemah lembut dan rendah hati, tentu kita tidak pantas disebut sebagai milik Kristus. Jika kehadiran kita tidak membawa kelegaan bagi mereka yang berbeban berat maka kita juga tidak pantas disebut milik Kristus. Mari kita hidup sebagai sebagai milik Kristus yang memberikan kelegaan bagi mereka yang berbeban berat. (MDR).